Ketika pacaran, perbedaan itu tidak terlihat karena belum setiap detik setiap jam bersama. Perbedaan itu akan muncul begitu banyak ketika kalian sudah berada dalam satu kamar.Â
Mau tidur dengan lampu menyala atau padam. Mau tidur miring kiri atau kanan. Mau tidur dengan dengkur atau sepian. Terus handuk setelah mandi ditaruh dimana? Jawaban kalian berdua akan berbeda.Â
Akan sangat banyak lagi. Dan sebanyak apa pun perbedaan, hanya satu s jalan keluarnya yaitu saling memahami. Tanpa saling memahami, pertempuran bisa terjadi setiap saat. Dan pertempuran pertama akan memantik puluhan pertempuran berikutnya.Â
Perjalanan pernikahan akan berpuluh-puluh tahun. Tahun pertama kalian berdua akan sangat saling memahami. Tahun kedua, Suami bicara, istri mendengarkan. Tahun ketiga, Istri bicara, suami mendengarkan.Â
Tahun keempat, sudah mulai ada keinginan untuk saling bicara. Suami bicara,istri juga bicara. Siapa yang mau mendengarkan? Tak ada lagi yang mau mendengar. Yang mendengar para tetangga karena ada piring melayang dan pecah berantakan.Â
Makanya, ada mitos lima tahun perkawinan pertama. Karena lima tahun pertama ego masih sama sama kuat. Tahu keenam lah mulai bergeser. Bisa menjadi dewasa saling menyayangi. Bisa juga juga menjadi kan idaman lain.Â
Menikah itu bukan perjalanan biasa. Kita harus punya nafas panjang untuk menjaganya. Dengan saling memahami dan menyayangi. Bukan sekadar cinta.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H