Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[RTC] Masih Kusimpan Fotomu

31 Januari 2021   12:11 Diperbarui: 31 Januari 2021   12:32 257
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Waktu memang berjalan begitu cepat. Sudah sepuluh tahun rupanya kita berpisah. Dan sampai saat ini, sering aku merindukan mu. Candamu yang garing. Tapi kamu selalu percaya diri sehingga terpaksa aku terbahak juga. 

"Bagaimana kita nanti besar ya? "

Pertanyaan itu masih aku simpan rapi dalam lemari kenangan ku. Tak boleh ada yang boleh mengusiknya. Karena waktu itu kau mengucapkan nya sambil memegang erat tanganku. Ingin rasanya aku terus digenggam erat seperti itu. Sampai sekarang, kehangatan tanganmu masih sering berasa menjuluri tanganku. 

Arisya. 

Waktu SMA aku harus ke Jawa. Aku harus ikut nenek karena persoalan keluarga ku. Keadaan tak memungkinkan aku terus menikmati indahnya kotamu. Ya, aku harus meninggalkan kenangan kenangan itu. 

Arisya. 

Kau bukan sekadar sahabat. Kau adalah segalanya bagiku. Kamu tahu, gak? Aku sempat tak bisa tidur sampai beberapa malam. Gara-gara selalu ingat kamu. 

Arisya. 

Aku lihat di televisi, kotamu terkurung banjir. Kotamu seakan menjadi lautan air. Coba kalau aku masih di sana. Aku akan membantumu sebisaku. 

Sahabatku. Aku tak bisa berbuat apa apa di sini. Aku cuma bisa mengirim doa doa panjang untukmu. 

Kemarin aku iseng buka kotak lama. Aku masih simpan satu fotomu. Waktu itu, aku yang memoto. Saat kamu hendak memetik bunga bunga itu. Saat kamu begitu riang seperti burung kecil yang sering hinggap di pohon dekat sekolah kita. 

Aku pandangi terus fotomu. Sampai akhirnya tertidur dan bermimpi berjumpa kamu. Kamu yang rumahnya terkurung banjir. Aku hampir memggapai tanganmu. Tapi air bah datang lagi. Begitu besar. Membawamu entah kemana. 

Arisya. 

Semoga kamu sehat selalu. Semoga kita bisa bertemu lagi kelak. 

Arisya. 

Kuatkan hatimu menghadapi semua cobaan ini. Katanya, tak ada yang bisa mengalahkan kesabaran. Sebesar apa pun cobaan yang menerpamu, ia akan kalah oleh kesabaran. 

Sebetulnya, aku sangat malu untuk mengemukakan nya di sini. Tapi... 

Ah, nanti saja. Jika takdir mempertemukan kita lagi, aku tak mungkin melepaskan kesempatan itu. Akan aku rengkuh sekuat tenaga. Aku selalu ingin bersamamu. 

Maaf, fotomu aku taruh di tulisan ini. Jangan marah ya. 

Gambar dari Grup Rumah Pena Inspirasi Sahabat
Gambar dari Grup Rumah Pena Inspirasi Sahabat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun