Waktu memang berjalan begitu cepat. Sudah sepuluh tahun rupanya kita berpisah. Dan sampai saat ini, sering aku merindukan mu. Candamu yang garing. Tapi kamu selalu percaya diri sehingga terpaksa aku terbahak juga.Â
"Bagaimana kita nanti besar ya? "
Pertanyaan itu masih aku simpan rapi dalam lemari kenangan ku. Tak boleh ada yang boleh mengusiknya. Karena waktu itu kau mengucapkan nya sambil memegang erat tanganku. Ingin rasanya aku terus digenggam erat seperti itu. Sampai sekarang, kehangatan tanganmu masih sering berasa menjuluri tanganku.Â
Arisya.Â
Waktu SMA aku harus ke Jawa. Aku harus ikut nenek karena persoalan keluarga ku. Keadaan tak memungkinkan aku terus menikmati indahnya kotamu. Ya, aku harus meninggalkan kenangan kenangan itu.Â
Arisya.Â
Kau bukan sekadar sahabat. Kau adalah segalanya bagiku. Kamu tahu, gak? Aku sempat tak bisa tidur sampai beberapa malam. Gara-gara selalu ingat kamu.Â
Arisya.Â
Aku lihat di televisi, kotamu terkurung banjir. Kotamu seakan menjadi lautan air. Coba kalau aku masih di sana. Aku akan membantumu sebisaku.Â
Sahabatku. Aku tak bisa berbuat apa apa di sini. Aku cuma bisa mengirim doa doa panjang untukmu.Â