Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Jangan Pernah Larut dalam Penyesalan

27 Januari 2021   22:08 Diperbarui: 27 Januari 2021   22:12 303
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya, saya tahu dan saya pernah mengalami yang sama seperti itu. Tentu tidak sama persis. 

Penyesalan itu memang perlu. Penyesalan itu berupa sikap memperbaiki diri. Tanpa penyesalan tentu kesadaran memperbaiki diri tak ada, atau mungkin kalau pun ada terlalu kecil. 

Akan tetapi jangan sampai terlalu larut dalam penyesalan. Karena dampak nya tidak baik bagi perkembangan kamu selanjutnya. 

Orang yang menyesali perbuatannya yang belum pas atau benar-benar salah, sangat baik. Ia akan membelokkan langkah kakinya sebelum terlanjur menuju ke tempat yang semakin jauh dari tujuan. 

Penyesalan sendiri sebuah kenikmatan. Kenikmatan yang tiada tara. Tak semua orang mampu merasakan nikmat nya sebuah penyesalan. 

Sedangkan jika kamu larut dalam penyesalan, kamu malah bisa mengingkari nikmat yang sudah Tuhan berikan. Seolah-olah kesalahan telah membuat semua nikmat Tuhan terlupakan. Tuhan tentu sangat tidak berkenan jika ada hambanya sampai melupakan nikmat melimpah yang diberikan. 

Kadar penyesalan cukup sampai pada kemampuan memutar arah balik perjalanan saja. Kemudian kita nikmati lagi nikmat yang kita jalani berikutnya. 

Jangan kemudian sampai menganggap diri tak berguna. Manusia itu tempat nya kesalahan dan kekeliruan. Kalau tak pernah salah dan tak pernah keliru malah bukan manusia. Hanya nabi saja yang selalu dijaga dari kesalahan. Kita semua tidak. 

Kesalahan itu selalu mengingatkan bahwa kita ini memang makhluk yang lemah. Makhluk yang dalam hidupnya membutuhkan Sang Khalik. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun