"Pesanan dari Semarang dibatalkan, Mas," lapor salah satu karyawanku suatu siang.Â
Dan entah laporan sama yang keberapa, karena pandemi korona betul-betul telah meluluhlantakkan bisnisku yang sudah kubangun bertahun-tahun. Seperti air hujan yang menggerus kemarau panjang.Â
Ngamuk?Â
Untuk apa. Tak ada manfaatnya sama sekali jika aku marah lalu ngamuk sebagai pelampiasannya. Justru masalah lain akan datang menghajar lebih keras.Â
Mentalku jatuh, iya. Siapa sih yang tak gagap menghadapi marabahaya mendadak begini? Untung aku masih punya sedikit iman. Pasti Tuhan sedang mengujiku agar bisa lebih hebat.Â
Pagi datang begitu buru-buru. Padahal malam seakan enggan untuk segera bergegas pulang.Â
Di Subuh yang masih perawan, kudengar pintu dibuka seseorang. Dan aku tak peduli. Karena orang yang membuka pintu itu pasti istriku.Â
"Aku.... "
"Tak apa kalau semua itu sudah kamu pikirkan baik baik."
Dan benar. Pagi ini dia pergi meninggalkanku sendiri. Pada saat aku terpuruk.Â
Aku harus lebih tegar. Karena semua ini pasti sudah ada catatannya di atas sana. Laki-laki tak boleh cengeng.Â
Padahal, di malam sunyi, aku sering menangis. Di hadapan-Nya. Memohon dikuatkan hati untuk melewati cobaan ini.Â
"Lalu jadi pergi?" tanya Wawan.Â
Aku mengangguk.Â
"Kamu memang salah memilih istri. Dari nama saja harusnya kamu mengerti kalau Lalu tak akan betah di suatu tempat. Dia akan terus bergegas dan bergegas."
Kamu asal.Â
"Tidak. Sementara kamu Dan. Kamu akan selalu menyambung banyak hal. Kamu memang lahir dengan takdir sebagai penggabung."
Terus?Â
"Kamu harusnya mampu membangun keluarga dengan baik. Tapi tidak dengan Lalu. Biarkan dia pergi. Kamu akan mendapatkan yang lebih baik."
Dan tanpa disadari, ada harapan menyusup. Mungkinkah ada perempuan lain yang bisa menggantikan Lalu?Â
Pagi juga ada akhirnya.Â
Dan terlalu sibuk dengan usahanya yang sudah nyaris bangkrut. Tapi, kerja kerasnya telah membuat ada kebangkitan meskipun pelan pelan.Â
"Selamat sore."
Tiba-tiba perempuan itu sudah ada di hadapan Dan. Perempuan yang langsung membuat Dan merasa Tuhan telah mengabulkan doa do'anya.Â
"Bisa ketemu Pak Dan?"
Dan yakin jika ada kata pergi pasti ada kata datang. Ada kata meninggalkan ada kata menemukan.Â
Dan yakin, posisinya sudah tepat.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H