Aku harus lebih tegar. Karena semua ini pasti sudah ada catatannya di atas sana. Laki-laki tak boleh cengeng.Â
Padahal, di malam sunyi, aku sering menangis. Di hadapan-Nya. Memohon dikuatkan hati untuk melewati cobaan ini.Â
"Lalu jadi pergi?" tanya Wawan.Â
Aku mengangguk.Â
"Kamu memang salah memilih istri. Dari nama saja harusnya kamu mengerti kalau Lalu tak akan betah di suatu tempat. Dia akan terus bergegas dan bergegas."
Kamu asal.Â
"Tidak. Sementara kamu Dan. Kamu akan selalu menyambung banyak hal. Kamu memang lahir dengan takdir sebagai penggabung."
Terus?Â
"Kamu harusnya mampu membangun keluarga dengan baik. Tapi tidak dengan Lalu. Biarkan dia pergi. Kamu akan mendapatkan yang lebih baik."
Dan tanpa disadari, ada harapan menyusup. Mungkinkah ada perempuan lain yang bisa menggantikan Lalu?Â
Pagi juga ada akhirnya.Â