Sarno baru kaget ketika di suatu sore yang cerah. Ada berita anak pertama nya harus dilarikan ke rumah sakit karena menggorok lehernya sendiri. Pisau dapur ibunya yang dipergunakan untuk melakukan bunuh diri.Â
Sekarang Sarno yang mulai duduk sendiri tak mau kalau ada yang menemani. Jika ada yang ngajak ngobrol, langsung diusirnya karena dia mulai sibuk dengan orang yang tak pernah bisa dilihat oleh orang lain.Â
"Harusnya aku tolak saja, ya. "
"Kenapa aku tak berpikir panjang? "
"Untuk apa semua ini? "
Mungkin kalian belum kenal banget keluarga Sarno. Dia itu pengusaha warteg terkenal. Paling tidak, di kampung nya sendiri. Warteg nya ada sepuluh. Tersebar di Jakarta, bekasi, Tangerang, bahkan dua ada di Bandung.Â
Semua orang di kampung nya memang sempat takjub. Karena usaha warteg Sarno mendadak laris manis. Â Sehingga omzet juga melonjak.Â
Dan persaingan di antara pemilik warteg kabarnya memang persaingan di dunia lain. Jangan berani beraninya bermain warteg kalau tak punya cantolan apa apa.Â
Warteg yang tak punya cantolan, penampilan akan terlihat suram dan jorok. Tak ada orang yang mau mampir.Â
Dan, Sarno kabarnya punya cantolan yang hebat. Hingga setiap bikin warteg baru selalu terlihat moncer.Â
"Cuma kasihan anak anaknya. Jadi korban ambisi bapaknya. "