Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sarno dan Dua Anaknya yang Mati Bunuh Diri

28 Desember 2020   04:57 Diperbarui: 28 Desember 2020   05:30 745
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sarno baru kaget ketika di suatu sore yang cerah. Ada berita anak pertama nya harus dilarikan ke rumah sakit karena menggorok lehernya sendiri. Pisau dapur ibunya yang dipergunakan untuk melakukan bunuh diri. 

Sekarang Sarno yang mulai duduk sendiri tak mau kalau ada yang menemani. Jika ada yang ngajak ngobrol, langsung diusirnya karena dia mulai sibuk dengan orang yang tak pernah bisa dilihat oleh orang lain. 

"Harusnya aku tolak saja, ya. "

"Kenapa aku tak berpikir panjang? "

"Untuk apa semua ini? "

Mungkin kalian belum kenal banget keluarga Sarno. Dia itu pengusaha warteg terkenal. Paling tidak, di kampung nya sendiri. Warteg nya ada sepuluh. Tersebar di Jakarta, bekasi, Tangerang, bahkan dua ada di Bandung. 

Semua orang di kampung nya memang sempat takjub. Karena usaha warteg Sarno mendadak laris manis.  Sehingga omzet juga melonjak. 

Dan persaingan di antara pemilik warteg kabarnya memang persaingan di dunia lain. Jangan berani beraninya bermain warteg kalau tak punya cantolan apa apa. 

Warteg yang tak punya cantolan, penampilan akan terlihat suram dan jorok. Tak ada orang yang mau mampir. 

Dan, Sarno kabarnya punya cantolan yang hebat. Hingga setiap bikin warteg baru selalu terlihat moncer. 

"Cuma kasihan anak anaknya. Jadi korban ambisi bapaknya. "

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun