Waktu itu kami masih punya asisten rumah tangga. Pekerjaan rumah dikerjakan oleh asisten rumah tangga tersebut. Kami berdua bisa menikmati istirahat total ketika berada di rumah.Â
Kemudian, asisten rumah tangga itu izin untuk menikah. Artinya, kepulangan saat itu adalah kepulangan dia untuk kemudian tidak ke Jakarta lagi. Setelah menjadi ibu rumah tangga, dia akan tinggal di kampung. Kebetulan suaminya punya bengkel kecil di kampung sana. Sementara, ibunya sendiri sudah semakin renta.Â
Tak mungkin kami mencegahnya, walaupun dia bekerja dengan baik selama ini, pernikahan dia adalah masa depannya. Akan tetapi, di sisi lain, mencari asisten rumah tangga baru juga bukan persoalan mudah.Â
Akhiy, kami memutuskan untuk membagi tugas rumah di antara kami. Anak-anak bisa mulai membantu juga.Â
Semua pekerjaan rumah terbagi habis di antara kami. Tak ada yang kerjaannya numpuk dan tak ada yang leha leha sendiri.Â
Ketika istri memasak. Untungnya tidak setiap hari karena ada tetangga yang jualan lauk mateng dan dapat dipesan. Â Kami, aku bersama anak anak ikut membantu sekadar motong motong bawang. Anak-anak juga ikut meramaikan. Masak pun menjadi arena bercanda di antara kami semua.Â
Persoalan ada harus ngepel rumah. Anak-anak belum bisa diandalkan untuk pekerjaan ini.Â
Kebetulan pula rumah baru dibikin dua lantai. Anak-anak harus punya kamar sendiri sendiri. Dan karena tak mungkin memperlebar rumah, akhirnya terpaksa harus dibuat ke atas.Â
"Bagaimana?" tanya istriku.Â
"Gini aja. Kamu enakan posisi di mana? Di atas atau di bawah? Kalau kamu di atas, aku di bawah dong, " jawabku sambil tersenyum membayangkan hal lain.Â
"Enakan di atas. Ya, udah, aku di atas ya. Lebih nyaman, " lanjut istriku genit.Â
"Oke. Bisa rileks, aku. "
"Ih.... "
Dan sejak itu, aku, sebagai suami selalu di bawah. Dan istriku yang di atas.Â
Asik kan?Â
Berkeluarga itu untuk selalu bersama dan setara. Bukan untuk saling mendominasi, apalagi menghegemoni. Coba saja tanya Gramsci, kalau tak percaya.Â
Dan juga tak perlu ada kekerasan simbolik. Iya, kan, Om Bourdieu?Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H