Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kyai Kampung dan Republik Ini

18 Oktober 2020   08:40 Diperbarui: 18 Oktober 2020   08:47 218
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tulisan Alissa Wahid di Kompas hari ini membangkitkan kembali ingatan saya atas jasa kyai kampung dalam hidup saya.  Tulisan Alissa Wahid tentang Kyai Nur Aziz yang membela perani yang bukan saja hendak dirampas tanahnya, tapi juga dirampas kehidupannya. 

Petani petani di kampung itu jelas manusia sederhana yang tak pernah berpikiran muluk muluk tentang dunia.  Kehidupan mereka adalah kehidupan desa yang dibayangi akan kehidupan setelah kematian.

Mereka hanya menumpang mampir sehingga tak ada kehidupan yang lebih dari yang tingkat paling minimal. Bisa makan dan bisa beribadah dengan tenang. 

Ketika tanah yang digarap puluhan tahun diambil perusahaan yang kadang juga tak pernah jelas pangkalnya, mereka merasa dirampas kehidupannya. Mereka seakan disuruh mati sebelum waktunya. Jadi, mereka berjuang bukan untuk kemewahan. Mereka berjuang karena demi kehidupannya yang sudah berada di posisi paling minimal. 

Posisi Kyai kampung begitu menentukan. Kyai kampung bukan saja orang yang memberikan arah jalan menuju dunia nanti yang lebih baik, tapi juga membela kehidupan yang hendak dilenyapkan.  Mereka akan langsung terenyuh hatinya yang penuh kasih sayang kepada siapa pun yang teraniaya. 

Negara ada di mana? Apakah negara cuma bisa berdiri di atad kertad kertad formalitas ketika justru kertad kertas itu akan membunuh warga negara yang seharusnya, berdasarkan amanah konstitusi, dijaga dan dilindungi? 

Kyai Aziz tidak sedang mencari keuntungan dunia. Kyai Aziz sedang terusik nuraninya melihat kemanusiaan dilecehkan di negara Pancasila. 

Tapi, Kyai Aziz justru dikriminalisasi.  Orang orang kampung yang dibelanya tak sedang berharap limpahan kehidupan dunia. Sama sekali tidak. Mereka hanya ingin hidup sederhana di posisi paling minimal sekali pun. Mereka toh tak pernah bergelimang dengan tanah yang hanya cukup untuk hidup itu. 

Untung masih ada Presiden Jokowi yang memberinya grasi. Ketika pengadilan telah kehilangan sesuatu yang seharusnya menjadi jiwa dan mesti mati matian dijaganya. Seolah-olah kemanusiaan tak lagi diperhatikan. 

Kyai Aziz hanyalah satu orang di antara ribuan Kyai kampung yang telah begitu besar untuk negeri ini.  Mereka lah yang selama ini menjadi obot kehidupan di kampung ke kampung nanti jauh di ujung negeri. Ketika negara belum mampu dan belum mau menengok apa yang seharusnya menjadi kewajiban. 

Dan ingatan saya, kembali pada awal tahun 1980-an. Ketika lulus SD dan bingung hendak meneruskan sekolah ke mana.  Karena SMP hanya ada di kota yang tak mungkin dijalani dengan jalan kaki dari rumah. Sementara, untuk ngekos jelad tak mungkin ada biaya. 

Alhamdulillah, ada Kyai kampung yang bisa menyelamatkan pendidikan ku. Aku dikirim bapak bersekolah di pesantren. Pesantren Kyai kampung tak perlu bayar. Kalau ada uang, paling diberikan ke pengurus untuk nambahin beli minyak tanah untuk penerangan saat ngaji. 

Tanggal 22 Oktober telah ditetapkan sebagai Hari Santri. Bukan hanya mengenang perjuangan para santri. Tapi, juga para Kyai kampung yang telah berjasa untuk negeri ini. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun