Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Jual Nasi Goreng Tanpa Nasi

15 Oktober 2020   05:14 Diperbarui: 15 Oktober 2020   06:40 2775
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: instagram @anam_chenel

Kamdi waktu itu sedang duduk leyeh-leyeh. Setelah kena PHK, Kamdi memang menyibukkan diri otak atik bunga bunga di teras rumahnya yang tak seberapa itu. Lumayan juga, dari pagi bongkar pasang pot hingga terkesan rapi membutuhkan energi yang banyak juga. 

Kamdi memang takut stres setelah kena PHK. Tadinya pengin ikut demo UU Cipta Kerja tapi gak ada yang ngasih ongkos sama rokok, jadi Kamdi gak jadi ikut. Rugi. 

Lebih baik ngopeni bunga bunga yang sudah lama terlupakan itu. Walaupun Kamdi tahu bahwa laki-laki tak boleh mencintai bunga bunga. Ah, itu sih cuma judul cerpennya Kang Kuntowijoyo saja. Aslinya, laki-laki juga boleh mencintai bunga bunga. Apalagi bunga desa? 

Kamdi senyum sendiri. Bininya yang datang bawain kopi kaget setengah takut serta setengah khawatir juga. Istri Kamdi yang suka ngegosip di medsos nya juga tahu kalau akhir akhir ini banyak orang setres karena di PHK. 

"Ya, Allah, semoga suamiki diparingana waras," bisik istri Kamdi dalam hati dengan suara hati paling dalam. 

Walaupun Kamdi kadang menjengkelkan, tapi Kamdi pula yang sering membuat dirinya melayang dengan rayuan gombalnya yang selalu update. Ya, asal tahu aja, Kamdi memang ikut grup "laki-laki gombal". Setiap ada gombalan baru di grup, Kamdi langsung mempraktikkan nya di lapangan. Eh, di istrinya. Dan ternyata mantep. Istrinya langsung merah pipinya. Persis kayak waktu pertama kali Kamdi mendaratkan ciuman di pipi itu dulu. 

Sambil nyeruput kopi Kamdi membuka twitter nya. Wuih, ada yang lagi viral nih.  Salah satunya, jualan nasi goreng tanpa nasi. 

"Jancuk! Hebat banget idenya. Bisa dikloning juga nih," pikir Kamdi. 

Sekarang kan emang jaman internet. Kalau mau bisnis cukup dari rumah. Kalau mau bisnis tak perlu sewa toko mahal mahal. Cukup bikin toko maya. 

Kamdi baca sampai abis tuh berita. Dan Kamdi geleng-geleng kepala.  Karena ternyata, warung nasi goreng tanpa nasi itu omzetnya cukup fantastis setelah viral. 

Kamdi ambil bungkus rokok. Alhamdulillah masih ada satu batang. Memang Tuhan maha adil. Di saat sangat butuh konsentrasi, masih ada udud sebagai teman sejati. 

Rokok sebatang tersebut memang sudah lima hari menghuni bungkusnya. Kamdi hanya isep isep saja tanpa menyalakan nya karena khawatir tak sanggup beli lagi justru di saat saat sangat memerlukan teman sejati tersebut. 

Dengan khidmat sekali Kamdi menyalakan rokoknya. Lalu menyenderkan tubuhnya di pohon mangga yang tumbuh subur di halaman rumahnya. Upacara yang selalu dilakukan Kamdi untuk memanggil inspirasi. 

Sekali sekali diteguknya kopi pahit bikinan istrinya. Sambil memejamkan mata, dilempar lemparkan otaknya ke sana ke mari menyambut jika ada inspirasi yang sempat lewat di dekatnya. 

"Wow...!"

Dan Kamdi meloncat tanpa disadari. Dorongan dari inspirasi yang mendadak menghampiri. 

Bisnis ikan. Kebetulan ada tetangganya yang punya peliharaan ikan cupang. Dia jual ke orang sekitar rumahnya doang. 

Kenapa tidak kita fasilitasi dengan jualan di internet? Kalau orang bisa jualan nasi goreng tanpa nasi, Kamdi juga bisa jualan ikan tanpa ikan. 

Kamdi mengambil kunci motor. 

"Mau kemana?" tanya istrinya yang masih belum yakin Kamdi tak akan terserang setres dan berujung gila karena di PHK. 

"Kang Sono," jawab Kamdi. 

"Ngapain?"

"Bisnis ikan."

Dan istrinya mulai yakin kalau serangan setres sudah mulai dilakukan. Istrinya tak tega. 

"Aku ikut," kata istrinya. 

"Ngapain?"

"Emang gak boleh," kata istrinya sambil ngelendot di belakang Kamdi. 

Kalau sudah begini, Kamdi pasti menyerah. Pasrah. 

Singkat cerita Kamdi berhasil negosiasi. Kamdi langsung bikin flyer untuk promosi. Kebetulan Kamdi memang memiliki grup WA seabrek. Ada grup teman SD, SMP, SMA, dan kuliah. Ada grup RT. Grup penggemar Didi Kempot. Grup rela mati bersama Via Valen. Grup pecinta Jazz. Grup obrok owok owok. Grup Kucing Baik Hati. 

Pokoknya, HP Kamdi penuh grup. Dan, Kamdi sekarang tahu manfaatnya. 

Sekarang Kamdi bikin bisnis ikan cupang tanpa cupang. Terus ketika ke rumah teman yang hobi lele, Kandi juga menawarkan kerja sama. 

Jadi, kalau ada website yang jualan ikan tanpa ikan, itulah milik Kamdi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun