Cuma tinggal menunggu waktu saja. Jika waktunya sudah tiba, tak ada yang bisa menghalangi nya. Semua televisi bangkrut karena tak ada lagi yang menontonnya.Â
RCTI mungkin sudah melihat masa depan yang muram itu. Â Sehingga, ia masih mencoba sebuah usaha. Walaupun usaha tersebut termasuk usaha sia sia. Karena, kelemahan bukan dari luar, tetapi justru dari dalam.Â
Mana ada yang bisa hidup dengan itu itu melulu? Zaman terus berganti. Perubahan tak akan pernah berhenti. Bahkan semua akan berubah kecuali perubahan itu sendiri.Â
Tantangan tak mungkin dihindari. Menghindari tantangan cuma mendekatkan diri pada kematian yang disegerakan.Â
Belajarlah dari radio.Â
Siapa yang menyangka hari ini masih ada radio? Tak ada. Hampir semua orang akan berpendapat bahwa usia radio tinggal menunggu waktu.Â
Ternyata tidak. Radio radio itu mengubah diri sendiri. Bukan menghajar orang lain. Karena persoalan ada di dalam. Jika radio sibuk memperkarakan yang lain, tanpa melakukan perubahan di dalam, mungkin prediksi itu sudah menjadi kenyataan.Â
Siapa yang hari hari terakhir ini masih nonton televisi? Tak ada. Karena memang sudah kalah segalanya  sinetron yang ditayangkan sudah kalah pamor dari film film Korea yang ada di Iflix atau VIU. Film film bagus juga enakan nonton di Netflix.Â
Berita? Â Kalah cepat dengan berita di twitter. Tayangan berita juga kalah cepat dan variatif dari vlog di Youtube. Â Lalu, apalagi yang dilihat orang dari televisi?Â
Saya sendiri dulu, di awal Reformasi, senang melihat perdebatan politik di televisi. Sekarang? Perdebatan di televisi sudah semakin memuakkan. Bahkan menjijikkan.Â
Televisi di rumah ada dua. Tapi, kalau ada waktu untuk menonton, yang ditonton paling National Geographic. Â Ada sesuatu di sana yang bikin penasaran.Â
Televisi memang sedang menghadapi tantangan yang sangat berat. Â Jika salah jalan, maka akan sampai pada ujung jalan berupa kebangkrutan.Â
Jalan satu satunya yang harus ditempuh memang hanya jalan kreativitas. Ayolah insan insan pertelevisian membangun kreativitas lebih. Agar acara televisi tetap dirindui.Â
Saya yakin, jika kreativitas tinggi, televisi akan tetap di hati.Â
Jangan ikuti langkah RCTI. Itu sih cuma jalan paling efektif untuk bunuh diri. Jalan paling lurus menuju kuburan.Â
Ya, mau mati atau ber kreativitas. Â Hanya itu pilihan rasional yang tersedia.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H