Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Modal Amin Rais Jauh Lebih Besar Daripada Din Syamsuddin

22 Agustus 2020   05:31 Diperbarui: 22 Agustus 2020   05:47 428
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Suara doang melengking nyaring, tanpa modal apa apa, hanya seperti teriakan keledai yang memekakan telinga. Bahkan menjadi contoh dalam kitab suci sebagai tipe suara yang harus dihindari. 

Modal adalah segala nya. Tanpa modal uang, atau modal semangat, atau modal kreativitas, kehendak untuk menjadi enterpreneur hebat tak akan pernah terwujud.  Tanpa modal suara merdu, cita cita menjadi vokalis grup band hanya sebuah ilusi. Tanpa modal tampang keren, hasrat menjadi pemeran utama kadang cumi alias cuma mimpi. Apalagi kalau akting pun cuma standar. 

Demikian juga dengan dunia politik. Orang besar tentu kerja besar. Seorang Soekarno memiliki modal perjuangan yang tak mungkin ada yang menandinginya.  Bahkan penjara dan pembuangan bukan sesuatu yang aneh dalam perjalanan perjuangan seorang Bung Karno. 

Jadi, jangan bertanya kenapa Soekarno bisa menjadi presiden pertama negeri ini. Karena modal politik yang ditanam sudah sangat besar untuk negeri ini. 

Bagaimana seorang Muhammad Hatta menjadi wakil presiden pertama negeri ini? Karena Bung Hatta juga pengorbanan nya sangat sangat sangat besar untuk negeri ini. 

Orang orang besar di mana pun besar karena perjuangan dan pengorbanan nya. Perjuangan dan pengorbanan itulah yang menjadi modal kepercayaan yang tak mungkin diraih dalam hitungan detik. 

Soeharto juga begitu. Habibi juga kita tahu semua kiprahnya untuk negeri ini. Gus Dur. Megawati. Juga Susilo Bambang Yudhoyono. Mereka orang yang memiliki reputasi baik. Reputasi yang dapat dijadikan modal kepercayaan publik untuk dipimpinnya. 

Amin Rais memiliki reputasi sangat terpuji di saat saat Reformasi.  Beliau berani maju di depan sebagai tameng anak anak mahasiswa yang berduyun-duyun di belakangnya. 

Amin Rais menunjukkan kepemimpinan yang gemilang.  Karena berhasil mengantarkan Reformasi dengan baik. Tak terjadi perpecahan di negeri ini. 

Ketika menjadi oposisi, orang masih percaya modal politik yang dimiliki Amin Rais. Walaupun lama kelamaan modal politik Amin Rais tersebut dikerdilkan dengan sikap nya yang kurang negarawan. Kerinduan bangsa ini terhadap sikap kenegaraan Amin Rais kurang ditanggapi serius oleh Amin Rais sendiri. 

Amin Rais terbuai oleh politik rendahan yang sudah seharusnya ditinggalkan. Amin Rais seharusnya sudah menjadi resi bagi negeri ini. Suara resi pasti akan selalu sakti mandraguna. 

Din Syamsuddin menggerakkan KAMI. Sebuah kegiatan politik praktis. Kegiatan yang tentu nya akan digunakan untuk merebut kekuasaan. Lalu, apa modal yang dimiliki Din? 

Pertanyaan demikian merupakan pertanyaan mendasar bagi siapa pun yang sedang membangun gerakan. Jika gerakan politik tentunya modal yang ditanyakan adalah modal politik yang dimiliki orang tersebut. Tanpa modal politik, teriakan senyaring dan semelingking apa pun hanya akan menimbulkan kebisingan bagi pendengar nya. Tanpa ada kemanfaatan sedikit pun. 

Tunjukkan dulu apa yang diberikan untuk negeri ini. Tunjukkan dulu prestasi. Tunjukkan dulu kerja nyata. 

Kalau cuma bisa kritik kiri kanan tanpa menunjukkan pernah kerja lebih dan lebih besar, maka jatuh menjadi omong-omong omong kosong. 

KAMI sudah dideklarasikan. Tapi mereka hanya modal bicara. Sehingga sebentar juga akan menguap begitu saja. Dan negeri akan tetap seperti apa adanya. 

Apakah negeri ini sudah baik? Tentu belum. Masih banyak yang harus dikerjakan. Masih banyak yang harus diperbaiki. Mari bersama sama. Jika kerja baik sudah terlihat, Anda tak perlu teriak teriak, Anda berbisik pun seluruh rakyat negeri ini akan mendengar suara bisik Anda. Yakinlah, jika kerja lebih bermakna dari teriakan Anda. 

Jika modal tak ada, kenapa tak diam dan bekerja saja? 

Selamat tahun baru 1442 H. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun