Peristiwa ini tidak terjadi pada masa Dinasti Umayyah. Penguasa saat itu lalim sehingga datanglah musibah pagebluk seperti korona. Tentu nya saat itu namanya bukan korona.Â
Di tahun baru Hijriyah ini memang kita melakukan refleksi terhadap sejarah yang pernah terjadi di masa lalu. Kejadian dalam cerita ini juga cerita sejarah beneran. Bukan omong kosong belaka. Â Dan layak untuk dijadikan sebuah refleksi di tahun 1442 yang masih gres.Â
Seorang waliyullah memang bisa bicara dengan semua makhluk Allah SWT tanpa pengecualian. Bisa bicara dengan burung. Bisa bicara dengan tumbuhan. Bisa bicara dengan batu batu. Bisa bicara dengan air, udara, dan tentu tak susah juga bicara dengan makhluk pagebluk seperti korona.Â
Robiah Adawiyah, seorang waliyullah perempuan paling terkenal dalam dunia perwalian juga diceritakan pernah berbicara dengan burung, ular, harimau, gajah, semut. Â Ketika itu, datang berkunjung waliyullah Hasan Basri. Â Melihat kedatangan Hasan Basri, semua binatang langsung kabur terbirit-birit.Â
"Kenapa ini terjadi wahai Rabi'ah Adawiyah? " tanya Hasan Basri.Â
"Karena kamu pernah memakan teman mereka. Sehingga mereka ketakutan melihat kamu, " jelas Rabi'ah Adawiyah.Â
"Tak mungkin, " jawab Hasan Basri.Â
"Coba pikirkan dulu, " kata Rabi'ah.Â
Setelah dipikirkan dengan teliti. Ternyata Hasan Basri pernah menggoreng laut nabati dengan minyak bekas menggoreng binatang. Â Tentu bukan Hasan Basri sendiri yang menggoreng binatang, karena waliyullah biasanya seorang vegetarian.Â
Nah itulah sekedar cerita tentang waliyullah yang bisa bicara dengan binatang.Â
Waliyullah yang ada dalam cerita ini memang tidak se terkenal Rabi'ah Adawiyah atau Hasan Basri sehingga namanya tidak pernah tercantum kan dalam kitab (atau mungkin saya yang belum tahu, mohon maaf).Â
Waliyullah ini tinggal di Damaskus sebagai ibukota Dinasti Umayyah. Dia akan keluar kota. Di perbatasan, waliyullah ini bertemu rombongan korona yang akan menyerang kota Damaskus.Â
Lalu Sang Waliyullah bertanya, "Hendak ke mana, Korona? "
"Hendak ke Damaskus."
"Ada apa? "
"Membunuh orang Damaskus. "
"Berapa orang yang hendak kau bunuh? "
"Seribu."
"Berapa lama? "
"Setahun dua bulan. "
Dan berlalulah mereka. Sang Waliyullah keluar Damaskus dan pagebluk korona mamasuki kota Damaskus.Â
Setahun dua bulan kemudian, Sang Waliyullah kembali ke Damaskus. Sedangkan pagebluk korona keluar Damaskus. Mereka kembali bertemu di perbatasan kota.Â
"Wah, sudah selesai tugas kalian? " tanya waliyullah.Â
"Benar."
"Tepat waktu juga. Berapa korban? " tanya Sang waliyullah.Â
"Seribu."
" Lho, data di pemerintah, jumlah korban karena kalian ada 50.000 orang. Kalian berarti tidak jujur! " kata Sang waliyullah agak keras suaranya.Â
"Kami tidak mungkin mengingkari sebuah perintah. "
"Bagaimana bisa lebih 49.000? "
"Oh, yang jumlah itu bukan karena kami. Kami benar benar hanya membunuh 1000. Korban yang 49.000 itu karena ketakutan yang berlebihan. Dan tentunya kurang berharap pada Tuhan, " jawab sekawanan korona sambil melanjutkan perjalanannya.Â
Waliyullah itu pun memasuki Damaskus dengan perasaan sedih. Tapi, pengalaman ini akan diajarkannya sebagai sebuah pembelajaran.
Selamat tahun baru 1442 H. Semoga tugas korona di negeri ini segera berakhir.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H