Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Bapakku Terkena PHK, Pak, Belum Bisa Beli Pulsa

7 Agustus 2020   05:47 Diperbarui: 7 Agustus 2020   05:41 413
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bapaknya baru terkena PHK, Pak. Lapor wakikelas ketika ada salah satu peserta didiknya yang sampai tiga hari tidak nongol pembelajaran daring.  Dan laporan ini tentu bukan laporan pertama yang saya terima dari wali kelas. 

Cukup banyak yang orangtua mereka terkena PHK sejak bulan Maret lalu, ketika covid 29 mulai mewabah. Pada awalnya, kerja tak tentu, kemudian ketika order tak juga datang, akhirnya mereka di-PHK.  

Wajar jika kemudian berimbas ke keluarga. Apalagi anak yang kemudian juga harus membeli pulsa jika hendak belajar. Dan kondisi demikian cukup banyak. 

Untung dana BOS bisa dipergunakan untuk memberikan bantuan pulsa.  Di sekolah saya saja, hampir 200 siswa-siswi yang meminta bantuan pulsa dengan aneka ragam alasan. Salah satunya, karena orangtua terkena PHK. 

Selain terkena PHK, orangtua siswa yang lumayan banyak juga berprofesi sebagai ojol kelabakan karena tidak boleh angkut penumpang. Mereka tak punya tabungan, sehingga ketika ada larangan angkut penumpang, mereka tak punya penghasilan apa apa. 

Lalu, pemerintah melalui menteri keuangan keuangan, Sri Mulyani, hendak memberi intensif kepada para pekerja yang gajinya di bawah 5 juta.  Kenapa mereka yang masih bekerja dan masih mendapatkan gaji yang diberikan bantuan, Bu Sri? 

Menurut saya, intensif untuk pekerja yang penghasilan nya di bawah 5 juta kurang bijak, Bu. Walaupun mereka masih kekurangan, tetapi masih banyak yang lebih kurang dari mereka. Siapa? 

Orang orang yang terkena PHK itu, Bu. Atau mungkin orang yang sebentar lagi di-PHK juga, Bu.  Banyak orang yang seperti ini. 

Bantulah perusahaan perusahaan yang sudah sakaratulmaut agar tidak mem-phk karyawan mereka.  Caranya, ya itu tadi, karyawan digaji pemerintah.  Sehingga tak ada PHK. 

Enak sekali perusahaan itu? 

Bantuan atau intensif dari pemerintah bukan untuk perusahaan. Intensif pemerintah ditujukan agar tidak terjadi PHK massal. Agar mereka tetap bekerja. 

Mereka masih terus memiliki harga diri. Karena bantuan tidak secara langsung tunai tapi melalui penggajian yang dibayarkan .  Nanti, setelah normal  perusahaan harus terus mempekerjakan mereka.

Saya cuma menyuarakan saja. Karena masa depan murid muridku sangat penting bagi negeri ini. Jangan sampai mereka menjadi generasi yang hilang. 

Jika orang tua mereka tidak di-PHK, tentunya mereka masih bisa membeli pulsa untuk pembelajaran daring yang entah akan sampai kapan. Semoga tidak terlalu lama lagi. 

Ya, begitulah, Bu. 

Ubah sasaran penerima intensif dari rencana ke pekerja yang masih bekerja, kepada mereka yang terkena PHK agar kembali bekerja.  Atau kepada mereka yang saat ini sudah sangat rentan di-PHK. 

Demikian. Semoga anak anak muridku tetap bisa belajar, Bu Sri. Dan bisa menjadi menteri keuangan sehebat ibu kelak. Bisa menjadikan negeri ini makmur. 

Baldatun toyibatun warobun ghafur. 

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun