Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Kehadiran Guru Tak Tergantikan

7 April 2020   16:59 Diperbarui: 7 April 2020   17:07 167
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Obrolan di grup WA bersama anak anak murid mengindikasikan bahwa anak anak bosan belajar jarak jauh. Mereka tetap merindukan sosok guru yang hadir di hadapan mereka. Bisa diajak bercanda. Bisa juga diajak curhat ala anak abg. 

Industri 4.0 memang hadir dengan aneka harapan dan kekhawatiran. Di antara kekhawatiran yang muncul adalah begitu masifnya robotisasi yang jelas jelas akan menggantikan begitu banyak profesi. 

Hilang nya banyak profesi jelas menjadi ancaman bagi para penyandang profesi tersebut. Termasuk guru.  Ada yang mengatakan bahwa mbah google sudah menyediakan segalanya, maka profesi guru pun akan segera terkubur bersama zaman baru. 

Eh, mendadak Presiden Jokowi juga mengangkat seorang pendiri gojek sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan.  Anak muda yang hidup dalam dunia baru, dunia maya jelas akan melakukan perubahan menyesuaikan dengan konteks zaman

Dan keberadaan seorang guru semakin dipertanyakan.  Video video pembelajaran di youtube begitu membanjiri kehidupan kita. Apa pun ada di sana. Untuk apa seorang guru. 

Korona menghajar kehidupan semua manusia di bumi ini. Tak ada yang bisa tinggal diam diam. Semuanya dibikin tersentak. Kesombongan manusia runtuh dalam hitungan detik. 

Seluruh manusia di muka bumi ini disuruh diam di rumah masing-masing. Tak boleh ada yang keluar rumah. Bahkan di beberapa negara, tentara ikut turun tangan, seakan dalam keadaan perangkat total. 

Semua pelajar harus belajar di rumah masing-masing karena semua orang harus tetap berada di dalam rumah.  Pembelajaran dilakukan dari jarak jauh. Guru tak bisa hadir di depan mereka secara fisik. Guru ada tapi maya. 

Dan setelah dua minggu lebih murid murid itu mulai gelisah. Belajar secara daring ternyata tidak manusiawi. Mereka rindu sentuhan seorang guru. Mereka ingin bermanja-manja kepada guru. 

Guru memang hadir bukan hanya untuk mengajar. Guru hadir juga untuk mendidik. Menyentuh jiwa jiwa peserta didik nya. Menyapa dengan senyum manis juga kebawelanya. Dan itulah relasi manusia sesungguhnya. 

Kini, mereka rindu guru gurunya. Karena guru memang tak mungkin tergantikan. Apalagi oleh mesin mesin yang tak bisa menyentuh hati. Tak bisa menyapa jiwa. 

Semoga korona segera pergi. Dan kita bisa saling bersenda gurau di ruang ruang kelas yang sekarang kosong melompong hanya tersepikan diri. 

Aku tunggu kalian di sekolah. Dengan senyuman ku yang paling renyah. Jangan bolos lagi ya... 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun