Obrolan di grup WA bersama anak anak murid mengindikasikan bahwa anak anak bosan belajar jarak jauh. Mereka tetap merindukan sosok guru yang hadir di hadapan mereka. Bisa diajak bercanda. Bisa juga diajak curhat ala anak abg.Â
Industri 4.0 memang hadir dengan aneka harapan dan kekhawatiran. Di antara kekhawatiran yang muncul adalah begitu masifnya robotisasi yang jelas jelas akan menggantikan begitu banyak profesi.Â
Hilang nya banyak profesi jelas menjadi ancaman bagi para penyandang profesi tersebut. Termasuk guru. Â Ada yang mengatakan bahwa mbah google sudah menyediakan segalanya, maka profesi guru pun akan segera terkubur bersama zaman baru.Â
Eh, mendadak Presiden Jokowi juga mengangkat seorang pendiri gojek sebagai menteri pendidikan dan kebudayaan. Â Anak muda yang hidup dalam dunia baru, dunia maya jelas akan melakukan perubahan menyesuaikan dengan konteks zaman
Dan keberadaan seorang guru semakin dipertanyakan. Â Video video pembelajaran di youtube begitu membanjiri kehidupan kita. Apa pun ada di sana. Untuk apa seorang guru.Â
Korona menghajar kehidupan semua manusia di bumi ini. Tak ada yang bisa tinggal diam diam. Semuanya dibikin tersentak. Kesombongan manusia runtuh dalam hitungan detik.Â
Seluruh manusia di muka bumi ini disuruh diam di rumah masing-masing. Tak boleh ada yang keluar rumah. Bahkan di beberapa negara, tentara ikut turun tangan, seakan dalam keadaan perangkat total.Â
Semua pelajar harus belajar di rumah masing-masing karena semua orang harus tetap berada di dalam rumah. Â Pembelajaran dilakukan dari jarak jauh. Guru tak bisa hadir di depan mereka secara fisik. Guru ada tapi maya.Â
Dan setelah dua minggu lebih murid murid itu mulai gelisah. Belajar secara daring ternyata tidak manusiawi. Mereka rindu sentuhan seorang guru. Mereka ingin bermanja-manja kepada guru.Â
Guru memang hadir bukan hanya untuk mengajar. Guru hadir juga untuk mendidik. Menyentuh jiwa jiwa peserta didik nya. Menyapa dengan senyum manis juga kebawelanya. Dan itulah relasi manusia sesungguhnya.Â
Kini, mereka rindu guru gurunya. Karena guru memang tak mungkin tergantikan. Apalagi oleh mesin mesin yang tak bisa menyentuh hati. Tak bisa menyapa jiwa.Â