Kadang aku kesel juga dengan cerita Bunda tentang ayah. Â Kenapa ayah harus melakukan itu semua? Toh, sekarang tak ada yang peduli pada nasib kami sebagai anakmu.Â
Kalian pasti masih ingat peristiwa yang terjadi pada tahun 2020 lalu. Â Memang sudah sepuluh tahun berlalu. Dan mungkin sudah banyak yang melupakan nya.Â
Ada jenis virus baru yang mewabah di seluruh dunia. Berasal dari sebuah kota di Cina, tapi dengan cepat menyebar ke seluruh dunia. Dan dunia pun gempar karena kematian manusia akibat virus ini berlipat setiap harinya.Â
Juga di Indonesia. Walaupun aku waktu itu baru berusia 5 tahun, aku tahu persis bagaimana bahayanya virus tersebut. Â Sekolah sekolah diliburkan. Â Juga semua orang yang tadinya bekerja di kantor, harus bekerja di rumah. Â Kalau tak salah namanya Wfh, work from home.Â
Ayahku justru tak pulang pulang. Â Kata Bunda, ayah memang berbeda. Ayah tak bisa bekerja dari rumah seperti orang lain. Â Karena ayahku seorang dokter. Dia harus bekerja di rumah sakit. Bahkttak boleh pulang.Â
"Sebentar saja tak boleh, Bunda? " tanyaku.Â
"Iya. Dede juga kangen ayah, " tambah adikku.Â
Bunda tak langsung menjawab. Kepala ku dan kepala adikku diusapnya penuh haru.Â
"Nanti Bunda bilangin ayah, ya? " kulihat Bunda menangis. Tak seperti biasanya.Â
Besoknya, benar ayah pulang. Tapi ayah tak bisa masuk rumah. Ayah hanya berdiri di pintu gerbang rumah. Â Aku dan adikmu juga tak boleh mendekati nya.Â
"Kenapa? " tanya adikku.Â
"Iya, kenapa Bunda? " tambahku.Â
Lagi lagi Bunda tak menjawab pertanyaan ku dan adikku. Â Sehingga lama kami dan ayah hanya saling pandang.Â
Dan sejak pertemuan terakhir itulah kemudian kami tak pernah bertemu kembali. Ada yang bilang ayah sudah meninggal, tapi kami tak boleh melihat pemakamannya.Â
Barulah setelah kami besar, Bunda menjelaskan jika ayah yang bekerja di rumah sakit tertular virus mematikan itu. Â Ayah menolong orang lain, tapi ayah sendiri hidupnya tak tertolong.Â
Ayahku dokter. Iya, ayahku dokter. Tapi kenapa harus meninggalkan kami begitu cepat?Â
Jakarta, 1 April 2030
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H