Sekarang, laki-laki itu memiliki teman setia. Seekor anjing yang telah diselamatkan hidupnya.Â
Setiap pagi, laki-laki itu selalu mengajak anjingnya ke sawah. Dan anjing itu selalu setia menemani nya seakan hendak membayar hutang nyawanya.Â
Sampai kemudian orang orang itu datang lagi. Bukan mencari anjing lagi tapi mereka mencari laki-laki tersebut.Â
Kemudian mereka beramai-ramai membunuhnya.Â
Dan anjing itu pun hanya bisa melihat dari celah-celah daun pintu, sebelum seorang laki-laki menemukan dan juga membunuhnya.Â
Tak ada yang menguburkan kedua mayat itu. Hingga kemudian, muncul virus mematikan di kampung itu.Â
Satu demi satu, warga kampung meninggal secara misterius.Â
Entah benar atau tidak. Yang pasti, aku sekarang sedang berdiri di depan rumah misterius itu. Rumah tempat laki-laki tersebut terbunuh bersama anjingnya. Karena aku anak dari laki-laki tersebut. Karena aku ingin meminta maaf, telah menyia nyiakan dia. Padahal, dia telah mencoba menjadi orang tua yang baik. Walau tak pernah melahirkanku.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H