Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Music Pilihan

Ibuku dalam Suara Iwan Fals

22 Desember 2019   05:25 Diperbarui: 22 Desember 2019   05:45 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan dari tempat kerja ke rumah memang hanya sepuluh kilo meter. Bukan perjalanan jauh. Dengan mengendarai mobil mungkin bisa ditempuh dalam waktu tak lebih dari 20 menit. 

Benarkah? 

Jakarta tak pernah sepi dari kemacetan. Kalau tidak macet malah serasa tak di Jakarta. Dan hal seperti ini hanya terjadi pada saat lebaran tiba. Saat separuh lebih orang Jakarta pada kembali ke pangkuan ibu masing-masing. 

Dalam perjalanan pendek yang menjadi panjang dan melelahkan karena macet itu, aku sering mendengarkan musik sebagai pelepas penat. Dan ada 2 lagu yang selalu membuatku meneteskan air mata. 

Satunya adalah lagu berjudul "Ibu" yang dinyanyikan oleh penyanyi hebat Iwan Fals. Benak selalu terlempar pada puluhan tahun lalu, saat masih hidup bersama ibu di kampung. 

Tulisan ini ingin mencoba mengapa perasaan saya selalu teraduk aduk saat mendengarkan lagu Iwan Fals ini. 

Ribuan kilometer jalan yang kau tempuh

lewati rintang untuk aku anakmu

Aku membayangkan ibu yang sedang mencari nafkah membantu ayah. Ibu dulu selalu menerima jahitan.  Dan karena masih memiliki anak anak kecil, ibu sering aku lihat menjahit di waktu malam. Kadang sampai larut. Entah jam berapa beliau bisa tidur.  Yang jelas, ketika aku bangun, ibu sudah menyiapkan sarapan. 

Benar benar tergambar dalam dua larik syair lagu di atas.  Bukan ribuan kilometer tapi jutaan karena ibu melakukan perjalanan malam yang secara waktu hampir selalu habis dengan pekerjaan nya. 

Jangan tanya rintangan. Karena kami, anak anak nya tak pernah melihat beliau sakit.  Atau mungkin beliau dapat menyembunyikan sakitnya di hadapan kami, anak anak nya? Entah! 

Ibuku sayang masih terus berjalan

walau tapak kaki

penuh darah penuh nanah

Sampai aku melanjutkan ke SMA di kota, kemudian kuliah, kemudian tamat, belum bisa aku membantu beban keluarga.  Ada 10 anak anak nya.  Jadi, ketika saya tamat kuliah, masih ada adik yang berusia 4 tahun. 

Perjalanan yang panjang.  Perjalanan yang terus ditempuh ibu.  Dan aku yakin, kaki ibu sudah penuh darah dan penuh nanah dalam membesarkan kami. 

seperti udara

kasih yang engkau berikan

tak mampu kumembalas

ibu

Kapan bisa memberi ibu? Seusai kuliah tidak langsung mendapatkan kerja.  Ketika sudah mendapat kerja, gaji sebagai guru waktu itu, tak seberapa.

Kemudian menikah pula, sehingga aku sibuk dengan keluarga kecil. Tak sempat memikirkan sekedar pun untuk ibu.

Tak pernah ibu menagihnya. Tak pernah ibu meminta.  Betul-betul kasih nya seperti udara. Keikhlasan tiada tara. 

Baru beberapa tahun ini, aku sisihkan untuk ibu. Tidak pernah banyak. Lebih banyak untuk anak daripada yang diberikan kepada ibu.  Tetap saja, ibu menerima nya dengan senyuman. 

ingin kedekap

dan menangis di pangkuan mu

sampai aku tertidur

bagai masa kecil dulu

Ketika ada masalah, walau sekarang sudah memiliki anak remaja, kadang merindukan kedamaian seperti saat dulu bersama ibu.  Tidur di pangkuan nya yang selalu menebar kedamaian.

Apa pun masalah nya, jika tiduran di pangkuan ibu, masalah besar pun seakan begitu menyingkir.  Terlalu besar kasih sayang itu dari masalah apa pun. 

Entah kenapa, tapi memang ada kedamaian di sana.  Kedamaian yg pernah dinikmati selama 9 bulan. 

lalu doa doa

baluri seluruh tubuhku

dengan apa membalas

ibu

Dan kekuatan paling dasyat dari seorang ibu adalah doa doa nya.  Kata kata yang keluar dari mulut seorang ibu akan mampu menembus pintu pintu langit.

Dan sampai hari ini, ketika berjumpa ibu, selalu aku meminta doa doa nya.  Dan selalu aku ingat dan selalu aku lihat, tak ada orang yang berhasil dan menjadi orang besar kecuali mereka yang dikasihi dan mengasihi ibunya.

Sehingga, Nabi Muhammad pun menyuruh kita untuk menghormati ibu hingga tiga kali baru ayah diurutan keempat. 

Ibu telah memberikan kehidupan kepada kita.  Dan tak mungkin ada yang bisa menggantikan nya. Terlalu besar pengorbanan ibu.  Tak ada yang bisa menggantikan.  Balasan yang kita berikan tak pernah mencapai keberimbangan. Sampai kapan pun. 

Ibu...... 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun