Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih

Ketika Radikalis Memelintir "Nahy Munkar"

31 Mei 2019   08:34 Diperbarui: 31 Mei 2019   08:46 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Radikalis tak ada matinya.   Mereka malah mencoba mematikan musuh musuhnya atau siapa pun yang dianggap musuh oleh mereka dengan melambungkan "nahy munkar".

" Amar ma'ruf, nahi munkar "mereka potong demi kepentingan kelompoknya hanya menjadi" Nahy munkar ". Setelah itu mereka menggunakan nya untuk menghantam siapa pun yang menghalangi nafsu mereka. 

" Amar ma'ruf" yang seharusnya didahulukan.  Karena "Amar ma'ruf" Pasti melewati jalan paling baik menuju kebaikan.   Tapi "Amar ma'ruf" tak bisa mereka manipulasi. 

Sehingga mereka langsung menggunting nya dan membuang bagian awal dan mengusung bagian akhir. 

Seolah olah mereka agamis.  Padahal,  mereka hanya memanipulasi nya demi keuntungan diri sendiri.   

Mereka anti dialog.  Sehingga "nahy munkar" Yang seharusnya dilakukan dengan baik diubah menjadi pertempuran hidup mati.  "Nahy munkar" hanya diartikan dengan kematian lawan bagi dirinya. 

Oleh karena itu,  hati hatilah dengan pengusung "nahy munkar". Mereka radikalis yang mencoba memanipulasi agama untuk kepentingan kelompoknya.   Jangan terbius dengan jargon kosong manipulatif. 

Mereka berpakaian seolah olah juga agamis.   Teriakan teriakan nya juga seolah olah agamis.  Karena mereka menginginkan kita terpesona oleh sikap nya yang manipulatif. 

Jika kita terpesona, kita terbawa,  kita baru tahu dan menyesal karena tertipu akal bulus mereka.   Karena sikap kritis akan dimatiin juga.   Sikap kritis menjadi musuh para manipulator. 

Lihatlah lebih dalam siapa orang orang yang mengusung " Nahy munkar ". Jangan biarkan Anda terpesona dan tertipu oleh mereka. 

Marilah beramar ma'ruf. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun