Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Idul Merindu Fitri

23 Mei 2019   07:25 Diperbarui: 23 Mei 2019   07:42 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kisah Untuk Ramadan. Sumber ilustrasi: PAXELS

Pagi masih begitu perawan.   Ada kicau burung di samping rumah.   Dan mentari belum sepenuhnya menyapa kita. 

"Idul....! "

Tak ada jawaban.   Orang yang dipanggil masih sibuk di dunia mimpi.   Dan sudah hampir seminggu Idul selalu bermimpi yang nyaris sama.  Idul heran,  kenapa mimpinya seperti sebuah kaset yang diputar ulang setiap malam? 

Sebetulnya, bukan setiap malam.   Idul mimpi justru saat tidur sehabis salat Subuh. Ya, tidur sehabis salat Subuh. Kebiasaan buruk yang belum mampu Idul hilangkan. 

"Idul....! "

Panggilan itu semakin keras.   Suara orang yang menahan marah.   Jika tak sedang puasa,  mungkin kemarahan orang itu tak bakalan ditahan.  Pintu kamar Idul pasti sudah ditendangnya. 

"Iii.... "

"Ada apa,  Mbak?" tahu tahu muka menyebalkan itu sudah ada di depan nya.  mbak Sevi kaget setengah hidup.  Nyaris saja manusia berambut ikat itu ditabok pake gagang sapu. 

"Anterin barang pesanan Bu DJ. "

"Siapa? "

"Yang rumahnya di ujung jalan Mawar. "

Twing.  Otak Idul langsung ingat makhluk yang juga tinggal di rumah yang selalu rapi itu. 

Manusia cantik yang sering melemparkan senyum paling manis nya buat Idul. 

"Oke."

Idul langsung loncat.   Masuk kamar mandi sambil nyanyi nyanyi. 

"Gak usah mandi.  Sudah ditunggu! "

"Cuci muka doang. "

Satu dunia juga tahu kalau Idul paling anti air.   Jika mandi,  pasti langsung demam,  pusing pusing.  Dan suka ngomong sendiri sambil ngaca di cermin yang selalu tersedia di pojok kamar nya. 

"Ngapain? "

"Semprot dulu lah, " jawab Idul sambil menyemprotkan minyak wangi sebanyak-banyaknya sehingga satu ruangan nyaris terkena sebarannya. 

Mbak Sevi batuk batuk,  gak tahan bau minyak wangi yang dipakai Idul. 

Idul langsung ngacir ke rumah bu DJ.  Sebetulnya bukan bu DJ yang ingin ditemui Idul,  melainkan gadis itu.  Siapa namanya ya? 

"Assalamu'alaikum."

"Waalaikumsalam. Bawa masuk. "

Idul masih berdiri di pintu.   Belum bergerak juga. 

"Bawa masuk, Mas! "

Mata Idul masih berkeliaran.  Mencari seseorang. 

"Nyari seseorang? "

"Iya. Cewek yang biasanya duduk di depan? "

"Fitri? "

"Mungkin."

"Pulang kampung. "

Idul nyaris pingsan mendengar jawaban bu DJ.  Harapan untuk hidup yang tadinya sempat naik menjadi 70 persen, langsung melorot jadi tinggal 25,2 persen saja. 

"Kok pulang kampung? "

"Mau dikawinkan. "

"Astaghfirullah." 

Idul sudah pengin lari ke dapur, menemukan pisau dapur yang tajam,  dan.... 

Tapi Idul ingat salah satu firman Tuhan.   Tuhan tak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan orang yang menerima cobaan. 

Semangat Idul bangkit lagi. 

"Bawa masuk, Mas. "

Dengan hati yang sudah hancur berkeping-keping,  Idul memasukkan barang pesanan tersebut. 

"Terima kasih, Mas. "

Bu DJ yang akhirnya tertimpa kebingungan juga.   Terutama saat melihat Idul tidak beranjak juga dari rumahnya. 

"Ada apa lagi? "

Idul baru nyadar.  "Uangnya? " tanya Idul. 

"Kan sudah dibayar pakai QR ku. "

"Apa itu QR? " tanya Idul. 

"Kamu pasti gak baca Kompasiana.  Ada lomba nulis tentang QR tuh! "

Idul pernah nulis juga di Kompasiana.  Dulu.   Terus malas nulis lagi.  Pengin ikut lomba lomba nulis yang banyak di Kompasiana, tapi sering lupa. 

Idul jadi malu.  Idul pun mendadak pengin pulang. 

"Kenapa muke lu mendadak dilipet, Dul?  tanya Mbak Sevi. 

" Fitri sudah pulang. "

"Belum, tahu. "

"Apa? "

"Fitri belum pulang. "

"Darimana, Mbak Sevi tahu? "

"Kasih tahu, gak ya? "

Idul penasaran juga.   Ternyata Mbak Sevi tahu Fitri.  Jangan jangan, dia tahu juga kalau Idul naksir Fitri. 

"Ayo,  Mbak. "

"Ayo ke mana? "

"Kasih tahu Idul. "

"Tuh."

Pada saat Idul membalikkan badan,  ada Fitri sedang tersenyum kepada nya.  Idul ngucek mata tanda tak percaya.  Tapi gadis di depan nya tetap ada dan senyumnya makin manis aja. 

"Kok? "

"Fitri minta tolong dianter pulang. "

"Ayo."

"Serius banget.  Fitri mau menginap dulu semalam. "

"Di mana? "

"Di sini. Besok kamu mau mengantarkan nya kan? "

Wah,  gila.  Hati Idul langsung membara. 

"Bukan hanya itu,  Fitri juga minta kamu mau mengitbahnya. "

"Benar? "

"Fitri sudah lama mengagumimu, Dul.  Sudah banyak berdiskusi sama aku.  Dan sudah mantap menjatuhkan pilihan nya kepada mu. "

Idul bengong. 

"Kamu gak mau? "

"Mau mau mau. "

Ramadan sudah memasuki hari ke 29.  Dan Idul sudah mengubah Fitri di depan orang tua Fitri. 

Tak mau lama lama,  orang tua Fitri sudah memutuskan jika pada hari kedua lebaran.  Idul dan Fitri harus sudah disatukan.  Dalam sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah. 

Selamat IDUL FITRI. 

1440 H. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun