Pagi masih begitu perawan. Â Ada kicau burung di samping rumah. Â Dan mentari belum sepenuhnya menyapa kita.Â
"Idul....! "
Tak ada jawaban. Â Orang yang dipanggil masih sibuk di dunia mimpi. Â Dan sudah hampir seminggu Idul selalu bermimpi yang nyaris sama. Â Idul heran, Â kenapa mimpinya seperti sebuah kaset yang diputar ulang setiap malam?Â
Sebetulnya, bukan setiap malam. Â Idul mimpi justru saat tidur sehabis salat Subuh. Ya, tidur sehabis salat Subuh. Kebiasaan buruk yang belum mampu Idul hilangkan.Â
"Idul....! "
Panggilan itu semakin keras. Â Suara orang yang menahan marah. Â Jika tak sedang puasa, Â mungkin kemarahan orang itu tak bakalan ditahan. Â Pintu kamar Idul pasti sudah ditendangnya.Â
"Iii.... "
"Ada apa, Â Mbak?" tahu tahu muka menyebalkan itu sudah ada di depan nya. Â mbak Sevi kaget setengah hidup. Â Nyaris saja manusia berambut ikat itu ditabok pake gagang sapu.Â
"Anterin barang pesanan Bu DJ. "
"Siapa? "
"Yang rumahnya di ujung jalan Mawar. "
Twing. Â Otak Idul langsung ingat makhluk yang juga tinggal di rumah yang selalu rapi itu.Â
Manusia cantik yang sering melemparkan senyum paling manis nya buat Idul.Â
"Oke."
Idul langsung loncat. Â Masuk kamar mandi sambil nyanyi nyanyi.Â
"Gak usah mandi. Â Sudah ditunggu! "
"Cuci muka doang. "
Satu dunia juga tahu kalau Idul paling anti air. Â Jika mandi, Â pasti langsung demam, Â pusing pusing. Â Dan suka ngomong sendiri sambil ngaca di cermin yang selalu tersedia di pojok kamar nya.Â
"Ngapain? "
"Semprot dulu lah, " jawab Idul sambil menyemprotkan minyak wangi sebanyak-banyaknya sehingga satu ruangan nyaris terkena sebarannya.Â
Mbak Sevi batuk batuk, Â gak tahan bau minyak wangi yang dipakai Idul.Â
Idul langsung ngacir ke rumah bu DJ. Â Sebetulnya bukan bu DJ yang ingin ditemui Idul, Â melainkan gadis itu. Â Siapa namanya ya?Â
"Assalamu'alaikum."
"Waalaikumsalam. Bawa masuk. "
Idul masih berdiri di pintu. Â Belum bergerak juga.Â
"Bawa masuk, Mas! "
Mata Idul masih berkeliaran. Â Mencari seseorang.Â
"Nyari seseorang? "
"Iya. Cewek yang biasanya duduk di depan? "
"Fitri? "
"Mungkin."
"Pulang kampung. "
Idul nyaris pingsan mendengar jawaban bu DJ. Â Harapan untuk hidup yang tadinya sempat naik menjadi 70 persen, langsung melorot jadi tinggal 25,2 persen saja.Â
"Kok pulang kampung? "
"Mau dikawinkan. "
"Astaghfirullah."Â
Idul sudah pengin lari ke dapur, menemukan pisau dapur yang tajam, Â dan....Â
Tapi Idul ingat salah satu firman Tuhan. Â Tuhan tak akan memberikan cobaan melebihi kemampuan orang yang menerima cobaan.Â
Semangat Idul bangkit lagi.Â
"Bawa masuk, Mas. "
Dengan hati yang sudah hancur berkeping-keping, Â Idul memasukkan barang pesanan tersebut.Â
"Terima kasih, Mas. "
Bu DJ yang akhirnya tertimpa kebingungan juga. Â Terutama saat melihat Idul tidak beranjak juga dari rumahnya.Â
"Ada apa lagi? "
Idul baru nyadar. Â "Uangnya? " tanya Idul.Â
"Kan sudah dibayar pakai QR ku. "
"Apa itu QR? " tanya Idul.Â
"Kamu pasti gak baca Kompasiana. Â Ada lomba nulis tentang QR tuh! "
Idul pernah nulis juga di Kompasiana. Â Dulu. Â Terus malas nulis lagi. Â Pengin ikut lomba lomba nulis yang banyak di Kompasiana, tapi sering lupa.Â
Idul jadi malu. Â Idul pun mendadak pengin pulang.Â
"Kenapa muke lu mendadak dilipet, Dul? Â tanya Mbak Sevi.Â
" Fitri sudah pulang. "
"Belum, tahu. "
"Apa? "
"Fitri belum pulang. "
"Darimana, Mbak Sevi tahu? "
"Kasih tahu, gak ya? "
Idul penasaran juga. Â Ternyata Mbak Sevi tahu Fitri. Â Jangan jangan, dia tahu juga kalau Idul naksir Fitri.Â
"Ayo, Â Mbak. "
"Ayo ke mana? "
"Kasih tahu Idul. "
"Tuh."
Pada saat Idul membalikkan badan, Â ada Fitri sedang tersenyum kepada nya. Â Idul ngucek mata tanda tak percaya. Â Tapi gadis di depan nya tetap ada dan senyumnya makin manis aja.Â
"Kok? "
"Fitri minta tolong dianter pulang. "
"Ayo."
"Serius banget. Â Fitri mau menginap dulu semalam. "
"Di mana? "
"Di sini. Besok kamu mau mengantarkan nya kan? "
Wah, Â gila. Â Hati Idul langsung membara.Â
"Bukan hanya itu, Â Fitri juga minta kamu mau mengitbahnya. "
"Benar? "
"Fitri sudah lama mengagumimu, Dul. Â Sudah banyak berdiskusi sama aku. Â Dan sudah mantap menjatuhkan pilihan nya kepada mu. "
Idul bengong.Â
"Kamu gak mau? "
"Mau mau mau. "
Ramadan sudah memasuki hari ke 29. Â Dan Idul sudah mengubah Fitri di depan orang tua Fitri.Â
Tak mau lama lama, Â orang tua Fitri sudah memutuskan jika pada hari kedua lebaran. Â Idul dan Fitri harus sudah disatukan. Â Dalam sebuah keluarga yang sakinah, mawaddah, warahmah.Â
Selamat IDUL FITRI.Â
1440 H.Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H