Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Film Anak dan Imajinasi yang Tumpul

2 April 2018   14:34 Diperbarui: 2 April 2018   14:39 509
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Masih banyak politikus plonga plongo.

Kalau nggak tertangkap KPK terus terjerat narkoba.  Itulah wajah polikus negeri ini.  Hanya kemaruk harta.  Hanya tahu kepentingan diri dan kelompoknya.

Mereka gagal mengimajinasi tentang masa depan negeri ini.  Imajinasi mereka tumpul.  Apalagi mengimajinasikan masa depan negeri ini, mengimajikan masa depan mereka sendiri saja mereka terus gagap melakukannya.

Bukan hanya para politikus.  Hampir semua manusia di negeri ini terus gagal membangun imajinasi tentang masa depan yang lebih baik lebih manusiawi.  Akan tetapi, para politikus (baik yang murni berada di senayan atau politikus musang berbulu agama yang saat ini marak memunculkan teror dan berimajinasi gelap tentang masa depan negeri ini yang katanya hanya mampu hingga tahun 2030 saja).

Anak-anak seharusnya kita beri imajinasi.

Dan film anak merupakan wahana paling tepat untuk membangun dan memperkuat imajinasi positif anak-anak.  Melalui sebuah film, anak-anak akan menangkap dan membangun jalan menuju masa depannya.

Sayangnya, anak-anak pun mulai terjebak pada permainan-permainan maya dalam gajet-gajet mereka.  Permainan permainan maya tersebut sudah pasti menumpulkan imajinasi.  Bahkan merusak otak anak-anak negeri ini.

Mari bangun kembali imaji-imaji anak-anak, bahkan yang paling liar sekalipun, melalui perfilman.  Kami rindu film anak yang bermutu, bukan hanya film hantu yang tak berarti apa-apa, kecuali rasa takut dan cemas.  

Negara harus hadir.  Negara harus mampu mendorong insan kreatif perfilman nasional berkreasi lebih tinggi.  Singkirkan hambatan-hambatan.  Termasuk hambatan pajak, jika memang perlu.

Anak-anak kami rindu "Petualangan Sherina" hadir kembali!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun