Masih banyak guru yang memiliki pemahaman salah. Â Bahkan dalam beberapa tulisan di wa grup, guru begitu bangga menghajar konsep dan penerapan HAM atau penerapan pendidikan tanpa kekerasan. Â Bahkan ada guru yang salah memahami hadis nabi tentang pendidikan dan kekerasan. Â
Parah?
Ya. Â Bagi saya ini sangat parah. Â Guru harusnya mau bergulat dengan perubahan zaman. Â Bukan terkungkung pada pendidikan yang dilewatinya di masa lalu. Â Guru harus menjadi penyuluh zaman. Â Mampu menerangi zaman. Â Bukan berupaya mengembalikan zaman pada masa lalu.
Masih banyak guru yang menganggap bahwa kekerasanlah yang akan membuat seseorang berhasil. Â Kekarasan yang akan membuat seorang anak tahan mental dan tahan banting dalam menghadapi kehidupannya. Â Dan mereka rata-rata merasa bahwa keberhasilan dirinya adalah dan tak lain karena sikap keras guru-gurunya dulu saat mengajarnya.
Lalu mereka tak mau berubah dari pemahaman yang salah itu.
Ketika pada saat ini, kekerasan di sekolah benar-benar dilarang, mereka, para guru yang gemar kekerasan, seperti sedang ditidakbolehkan mendidik. Karena, dalam otak mereka, mendidik itu memang harus dengan kekerasan. Â Mereka mengeluh karena polah anak-anak sudah keterlaluan, di sisi lain, mereka tak lagi dibenarkan menggunakan kekerasan.
Guru-guru itu seperti kehilangan kekuatannya.
Sudah saatnya guru-guru mengubah cara berpikir. Â Janganlah terus-terusan menganggap bahwa keberhasilan pendidikan seseorang karena kekerasan yang dihadapinya setiap hari di sekolah. Â Jangan terus-terusan menganggap bahwa keberhasilannya adalah karena kekerasan gurunya.
Mari kita pahami bahwa pendidikan bisa mencapai keberhasilan dengan tanpa kekerasan sama sekali. Â Mari kita hormati jiwa-jiwa muda yang akan mengawal republik ini. Â Mari kita berikan yang terbaik untuk mereka.
Mari kita masuki dunia mereka. Â Bukan memaksa mereka memasuki dunia kita. Â Sebuah dunia yang sudah jelas kedaluwarsa.
Siap, gak siap, kita, sebagai guru harus berubah!