Pasti ada yang nyingir.
Ada yang menganggap muncul dan bertumbuhnya bank syariah hanya gejala sementara. Â Tapi, kemudian mereka yang menganggap bank syariah sebagai gejala sementara bungkam ketika perbankan syariah justru semakin maju. Â Bahkan dapat dikatakan, tak ada lagi bank konvensional yang tak memiliki bank syariah.
Lebih menyedihkan lagi ketika ada kritik bahwa bank syariah hanya labelisasi arab pada kapitalisme. Â Padahal, bank syariah bukan berlabel arab tapi mendasari diri pada nilai-nilai Islam. Â Harus dibedakan antara Arab dan Islam. Â Tidak semua Arab adalah Islam atau Islam pasti Arab. Â Arab merujuk pada wilayah geografis tertentu sedang Islam sudah pasti merujuk pada nilai-nilai universal.
Kenapa pertumbuhan bank syariah mengagumkan?
Ada perasaan jengkel dari setiap nurani terhadap ekploitasi kapitalisme. Â Kapitalisme dianggap sebagai pengekploitasian tanpa kemanusiaan. Kapitalisme lebih kejam dari iblis. Â Berjuta manusia telah terhisap darahnya oleh kapitalisme ini. Â Baik di negeri-negeri dunia ketiga atau bahkan di negeri tempat lahir dan tumbuhnya kapitalisme itu sendiri.
Maka ada kerinduan yang mendalam terhadap nilai-nilai alternatif. Â Terutama di bidang ekonomi. Â Dan khususnya di dunia perbankan. Bagaimana pun juga, perbankan merupakan urat nadi perekonomina. Â Jika ingin mencari alternatif dari nilai-nilai ekonomi kapitalisme, maka lahirlah upaya untuk mengambil kembali nilai-nilai ekonomi Islam yang sudah cukup lama terpendam karena hampir semua negeri-negeri Islam dijajah oleh negara-negara dedengkot kapitalisme.
Nilai-nilai Islam sendiri hadir dan menjadi alternatif ketika sosialisme komunisme tak lagi sanggup menjadi alternatif dari ekploitatifnya kapitalisme. Â Bahkan para dedengkotnya kini telah menjadi kapitalisme di bidang ekonomi dan hanya menyisakan komunisme hanya di bidang politik.
Di dunia kapitalis, bank syariah jelas menjadi oase yang menyejukkan. Â Apalagi bagi korban-korban kapitalisme di negara-negara Islam. Kembalinya nilai-nilai Islam betul-betul akan menjadi tantangan tersendiri bagi kapitalisme yang sudah mengaliri darah dari ujung kaki hingga ujung rambut perekonomin umat manusia.
Bukan. Â Bank syariah bukan hanya kedok. Â Bukan wajah kapitalisme yang dilabeli Arab. Â Bank syariah memang sebuah nilai Islam yang dicoba diimplementasikan dalam kehidupan. Â Keyakinan nilai Islam yang tidak ekploitatif dan sangat mengagungkan kemanusiaan, maka pertumbuhan perbankan syariah dapat menjadi cermin beningnya.
Format bagi hasil merupakan format perbankan syariah yang menurut saya paling revolusioner. Â Selama ini, perbankan konvensional tak pernah mempedulikan nasabahnya. Â Bagi perbankan konvensional, keuntungan adalah tujuan utamanya. Â Wajah ekploitatif kapitalis benar-benar menampakkan kegarangannya dalam hal ini. Â Banyak orang yang terjungkal berdarah-darah karena kesalahan sedikit yang sebelumnya tak terduga, pada akhirnya menyurukkannya dalam lubang hitam hutang tanpa ujung harapan. Â Kejatuhan ekonomi nasabah adalah tanggung jawab pribadi sendiri nasabah. Â Bank tak tahu dan tak mau tahu.
Bank syariah merevolusi hal ini. Â Nasabah bukan lagi dianggap sapi perah. Â Nasabah adalah kawan dan sahabat menuju kemajuan bersama. Nasib nasabah adalah nasib bank syariah juga. Â Ketika nasabah beruntung, maka bank juga akan beruntung. Â Jika nasabah mengalami masalah, misalnya saja ada penurunan keuntungan, maka bank tidak akan menjadi eksplotatif. Â Bahkan ketika nasabah merugi, maka nasabah akan membagi kerugian itu kepada bank. Â Ada hati yang terikat dalam hubungan perbankan dengan nasabahnya.