Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Money

Bank Syariah, Kapitalisme Label Arab?

23 Agustus 2017   09:06 Diperbarui: 23 Agustus 2017   09:06 1713
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pasti ada yang nyingir.

Ada yang menganggap muncul dan bertumbuhnya bank syariah hanya gejala sementara.  Tapi, kemudian mereka yang menganggap bank syariah sebagai gejala sementara bungkam ketika perbankan syariah justru semakin maju.  Bahkan dapat dikatakan, tak ada lagi bank konvensional yang tak memiliki bank syariah.

Lebih menyedihkan lagi ketika ada kritik bahwa bank syariah hanya labelisasi arab pada kapitalisme.  Padahal, bank syariah bukan berlabel arab tapi mendasari diri pada nilai-nilai Islam.  Harus dibedakan antara Arab dan Islam.  Tidak semua Arab adalah Islam atau Islam pasti Arab.  Arab merujuk pada wilayah geografis tertentu sedang Islam sudah pasti merujuk pada nilai-nilai universal.

Kenapa pertumbuhan bank syariah mengagumkan?

Ada perasaan jengkel dari setiap nurani terhadap ekploitasi kapitalisme.  Kapitalisme dianggap sebagai pengekploitasian tanpa kemanusiaan. Kapitalisme lebih kejam dari iblis.  Berjuta manusia telah terhisap darahnya oleh kapitalisme ini.  Baik di negeri-negeri dunia ketiga atau bahkan di negeri tempat lahir dan tumbuhnya kapitalisme itu sendiri.

Maka ada kerinduan yang mendalam terhadap nilai-nilai alternatif.  Terutama di bidang ekonomi.  Dan khususnya di dunia perbankan. Bagaimana pun juga, perbankan merupakan urat nadi perekonomina.  Jika ingin mencari alternatif dari nilai-nilai ekonomi kapitalisme, maka lahirlah upaya untuk mengambil kembali nilai-nilai ekonomi Islam yang sudah cukup lama terpendam karena hampir semua negeri-negeri Islam dijajah oleh negara-negara dedengkot kapitalisme.

Nilai-nilai Islam sendiri hadir dan menjadi alternatif ketika sosialisme komunisme tak lagi sanggup menjadi alternatif dari ekploitatifnya kapitalisme.  Bahkan para dedengkotnya kini telah menjadi kapitalisme di bidang ekonomi dan hanya menyisakan komunisme hanya di bidang politik.

Di dunia kapitalis, bank syariah jelas menjadi oase yang menyejukkan.  Apalagi bagi korban-korban kapitalisme di negara-negara Islam. Kembalinya nilai-nilai Islam betul-betul akan menjadi tantangan tersendiri bagi kapitalisme yang sudah mengaliri darah dari ujung kaki hingga ujung rambut perekonomin umat manusia.

Bukan.  Bank syariah bukan hanya kedok.  Bukan wajah kapitalisme yang dilabeli Arab.  Bank syariah memang sebuah nilai Islam yang dicoba diimplementasikan dalam kehidupan.  Keyakinan nilai Islam yang tidak ekploitatif dan sangat mengagungkan kemanusiaan, maka pertumbuhan perbankan syariah dapat menjadi cermin beningnya.

Format bagi hasil merupakan format perbankan syariah yang menurut saya paling revolusioner.  Selama ini, perbankan konvensional tak pernah mempedulikan nasabahnya.  Bagi perbankan konvensional, keuntungan adalah tujuan utamanya.  Wajah ekploitatif kapitalis benar-benar menampakkan kegarangannya dalam hal ini.  Banyak orang yang terjungkal berdarah-darah karena kesalahan sedikit yang sebelumnya tak terduga, pada akhirnya menyurukkannya dalam lubang hitam hutang tanpa ujung harapan.  Kejatuhan ekonomi nasabah adalah tanggung jawab pribadi sendiri nasabah.  Bank tak tahu dan tak mau tahu.

Bank syariah merevolusi hal ini.  Nasabah bukan lagi dianggap sapi perah.  Nasabah adalah kawan dan sahabat menuju kemajuan bersama. Nasib nasabah adalah nasib bank syariah juga.  Ketika nasabah beruntung, maka bank juga akan beruntung.  Jika nasabah mengalami masalah, misalnya saja ada penurunan keuntungan, maka bank tidak akan menjadi eksplotatif.  Bahkan ketika nasabah merugi, maka nasabah akan membagi kerugian itu kepada bank.  Ada hati yang terikat dalam hubungan perbankan dengan nasabahnya.

Bagi saya, format bagi hasil inilah hal paling inti dari kontra kapitalisme perbankan syariah.  Jadi, bank syariah bukan kapitalisme berwajah Arab.  Perbankan syariah justru kontra kapitalisme berwajah Islam.

Dan hal yang paling membahagiakan hati para penabung adalah persoalan riba bunga bank.  Melalui bagi hasil, tak ada eksplitasi.  Tak ada eksploitasi berarti tak ada riba.  Tak ada riba berarti keridoan Allah SWT.  

Nikmat apalagi yang melebihi kebesaran dan keagungan rido Allah SWT?

Kenapa masih baca tulisan ini?  Ayo, nabung di bank syariah.  Oh, Anda pengusaha?  Ya, tinggal kerja sama dengan bank syariah, biar gak pusing oleh bunga bank yang riba dan mencekik itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun