"Iya saja deh. Â Bosen sekolah mulu."
Itulah anak-anak sekarang. Â Sekolah malah bosen. Â Dulu Diah sekolah tak pernah bosan. Â Sekolah malah menyenangkan. Â Terbebas dari laki-laki yang menjengkelkan itu.
Anak-anak sekarang kalau main game pasti tak kenal waktu. Â Kalau baca buku, matanya pasti akan langsung terlihat sayu. Â Diah sering memperhatikan mata-mata mungil itu saat sedang mewajibkan anak muridnya membaca buku apa saja selama lima belas menit sebelum masuk. Â Lima belas menit seperti sebuah siksaan yang terjadi ratusan tahun. Â Huruf-huruf seperti pisau tajam yang hendak merajang-rajang tubuhnya. Â Mereka mengeja huruf-huruf itu dengan sorot kengerian tak terperikan.
"Emang gak kangen, siapa tadi namanya ... ?"
"Farhan genit, Bu. Â Fitri juga pernah dirayunya. Â Laki-laki emang suka gitu ya, Bun?"
Belum sempat Diah menjawabnya, tahu-tahu Kak Juli dan Kak Dini sudah menyusul ke arahnya.
"Ini yang namanya Rara?" tanya Kak Dini.
"Iya, Tante," jawab Rara.
"Dari suaranya, saya yakin wajah Rara pasti cantik," tambah Kak Juli.
"Ah, bisa saja, Oom."
"Putri juga sebaya Rara. Â Rara kelas berapa?" tanya Kak Dini.