Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

#BahagiaDiRumah Bersama-sama Tentuin Aktivitas

12 April 2016   14:21 Diperbarui: 12 April 2016   14:32 78
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kebahagian itu tak perlu dicari jauh-jauh.  Kebahagian itu ada di hati.  Kata-kata yang sering menjadi sebuah petuah dan masih memiliki relevansinya hingga kini.

Ada sebagian orang yang menganggap kebahagian itu uang.  Kalau kita banayk uang maka kita pasti akan bahagia.  Mengapa ada yang berpendapat seperti itu?  Karena dia sedang tak punya uang.  Namun, jika ia sudah punya uang, banyak pula uangnya, ia justru akan pusing akan untuk apa uang itu.  Kadang malah uang banyak itu yang menjadi pangkal pertengkaran antarsaudara.  Lalu, ,masihkah menganggap uang sebagai sumber kebahagiaan?

Kebahagiaan itu kalau kita bisa pergi ke mana-mana.

Benarkah?  Ada orang yang bermimpi ingin mengunjungi tempat-tempat yang begitu banyak, tapi baru satu tujuan yang dikunjungi, keluhannya sudah bertubi-tubi.  Pegallah, capeklah, dan sejuta alasan yang sebelum pergi tak pernah dipikirkannya.  Belum lagi keluhan tentang uang yang sudah menipis padahal tanggal gajian masih lumayan panjang.

Saya ini termasuk orang rumahan.  Dulu, saat masih sendiri, saya lebih suka di rumah daripada jalan-jalan.  Ada faktor dompet yang tipis, tapi faktor kemanfaatan lebih sering lebih mengedepan.  Ngapain capai-capai naik gunung kalau hal itu bisa dilakukan dengan berimajinasi.

Kebahagian di rumah ini akhirnya melahirkan aneka karya.  Ada cerpen, ada puisi, ada juga novel.  Lahirnya karya-karya itu juga berdampak pada kebahagian yang tiada tara.

Lalu, apakah setelah berkeluarga, anak-anak juga memiliki hasrat yang sama?

Tidak sama persis.  Tapi masih dalam tema yang sama.  Anak-anak juga sudah menganggap kalau kebahagiaan itu hal yang sederhana.  Kebahagiaan itu sangat dekat dengan kehidupan kita.  Kebahagiaan itu ada di sekeliling kita.  Kita saja yang tinggal memutuskannya:  Apakah kita akan bahagia?

Lebih sering kami menikmati libur di rumah.  Walau, kami tetap menganggarkan tabungan untuk sekali-sekali wisata ke tempat-tempat tertentu, akan tetapi, liburan tetap lebih banyak kami habiskan di rumah.

Apa bahagianya liburan di rumah?

Pagi.  Kami semua bangun selalu sebelum waktu Subuh tiba.  Salat kadang dilakukan berjamaah, kadang dilakukan sendiri, kalau aktivitas agak sulit menyatukan.  Program solat wajib berjamaah memang hanya dilakukan pada saat Salat Magrib atau Isya.  Ba'da Subuh, kami sudah berpecar ke tempat masing-masing.  Sehingga sapaan dan jumpaan hanyalah sebuah kilasan.

Lalu, pulang pun kami berbeda.  Anak-anak pulang sekolah sekitar pukul 17.00.  Istri juga sekitar itu.  Kadang lebih.  Saya sendiri, lebih sering menjelang Isya baru sampai di rumah.  Sapaan dan jumpaan tak lama.  Karena anak-anak harus membaca buku pelajaran atau menyelesaikan tugas sekolah, sedang saya dan istri juga kadang membawa kerjaan yang belum terselesaikan.

Relatif hanya pada hari libur Sabtu dan Minggu, tingkat perjumpaan kami lebih banyak.

Apa yang bisa dilakukan di hari libur itu, kami selalu mencoba merumuskannya bersama.  Kami tentuin aktivitas berdasarkan paling banyak setuju.  Atau kadang-kadang dibagi dua.  Laki dan perempuan.  Kebetulan komposisi di rumah berimbang.  Anak pertama perempuan dan anak kedua laki-laki.

Tak tentu.  Kadang kami melakukan perbaikan peralatan.  Anak-anak sih ikut-ikutan saja.  Waktu mereka masih kecil, lebih sering mengganggu sebetulnya.  Akan tetapi, setiap melihat antusiasme mereka membantu (yang sebetulnya mengganggu itu), saya atau ibunya anak-anak akan ikut tersenyum bahagia.

Kadang juga merapikan pot.  Anak-anak belepotan tanah.  Tapi, karena mereka bahagia, kami membiarkannya belepotan.  Kami bahkan sering bercanda hingga kotoran tanah atau pupuk ke mana-mana.

Kadang olahraga di jalanan depan rumah atau lapangan kompleks.  Kami berangkat berempat.  Bawa alat olahraga.  Tapi, lucunya, lebih sering lebih banyak bawa makananan dan minumannya.  Toh, anak-anak kami pada ketawa bahagia.

Kadang ibunya mengajak dua bocah itu bikin kue atau jus.  Nah yang ini pasti nyontek dari Tabloid NOVA.  Karena kebetulan ibunya anak-anak menjadi pelanggan tetap tabloib ini sejak lama.  Walau rasanya tak seperti khayalan kami saat melihat gambarnya di NOVA, toh anak-anak lebih sering menyantap hasil olahan itu dengan lahapnya.

Kadang-kadang, liburan juga hanya diisi dengan mencuci motor atau mobil.  Tapi mereka, anak-anak, itu malah terbahak dengan saling semprot air.  Hingga air ke mana-mana.  Itu pun telah membuat kami bahagia.

Jadi?

Bahagia itu sederhana.  Cukup menyusun aktivitas yang kita sukai bersama.  Kita lakukan aktivitas itu dengan hati yang sudah memutuskan untuk bahagia.  Pasti banyak tawa di sana.

Bahagia itu sederhana.  Karena kita memang seharusnya tidak merumit-rumitkan diri dengan rumusan bahagia yang tak jelas ujungnya.

Mari kita putuskan bahagia.  Dan bahagia itu akan datang ke rumah-rumah kita.  Ke relung-relung hati kita paling purba.  Karena pada dasarnya manusia itu diciptakan dalam kondisi bahagia.  Hingga manusia menjadi indah dipandang.

Coba saja, mulai hari Minggu besok beli Tabloid Nova.  Baca tuh yang ada foto makanannnya, pasti Anda ngiler dan ingin merasainya. Jangan beli.  Bikin saja bersama anak-anak dan suami Anda.  Pasti mereka suka. Kan?

Apalagi NOVA sedang berulang tahun ke-28.  NOVAVERSARY.  Bukan usia yang muda bagi sebuah penerbitan.  Dan pasti sudah menjangkau banyak perempuan.  Sudah banyak menuntun mereka menuju keberhasilan.  Sudah banyak memberi inspirasi untuk negeri. 

Saya aja yang laki-laki selalu mencoba mengakrabi.  Karena memang di Tabloid Novaitu banyak inspirasi bagi kaum laki-laki.  Walau kadang niatannya mencari tahu rahasia perempuan untuk membuat istri bertekuk lutut. Hah?!

NOVAVERSARY. ....

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun