Lalu, pulang pun kami berbeda. Â Anak-anak pulang sekolah sekitar pukul 17.00. Â Istri juga sekitar itu. Â Kadang lebih. Â Saya sendiri, lebih sering menjelang Isya baru sampai di rumah. Â Sapaan dan jumpaan tak lama. Â Karena anak-anak harus membaca buku pelajaran atau menyelesaikan tugas sekolah, sedang saya dan istri juga kadang membawa kerjaan yang belum terselesaikan.
Relatif hanya pada hari libur Sabtu dan Minggu, tingkat perjumpaan kami lebih banyak.
Apa yang bisa dilakukan di hari libur itu, kami selalu mencoba merumuskannya bersama. Â Kami tentuin aktivitas berdasarkan paling banyak setuju. Â Atau kadang-kadang dibagi dua. Â Laki dan perempuan. Â Kebetulan komposisi di rumah berimbang. Â Anak pertama perempuan dan anak kedua laki-laki.
Tak tentu. Â Kadang kami melakukan perbaikan peralatan. Â Anak-anak sih ikut-ikutan saja. Â Waktu mereka masih kecil, lebih sering mengganggu sebetulnya. Â Akan tetapi, setiap melihat antusiasme mereka membantu (yang sebetulnya mengganggu itu), saya atau ibunya anak-anak akan ikut tersenyum bahagia.
Kadang juga merapikan pot. Â Anak-anak belepotan tanah. Â Tapi, karena mereka bahagia, kami membiarkannya belepotan. Â Kami bahkan sering bercanda hingga kotoran tanah atau pupuk ke mana-mana.
Kadang olahraga di jalanan depan rumah atau lapangan kompleks. Â Kami berangkat berempat. Â Bawa alat olahraga. Â Tapi, lucunya, lebih sering lebih banyak bawa makananan dan minumannya. Â Toh, anak-anak kami pada ketawa bahagia.
Kadang ibunya mengajak dua bocah itu bikin kue atau jus. Â Nah yang ini pasti nyontek dari Tabloid NOVA. Â Karena kebetulan ibunya anak-anak menjadi pelanggan tetap tabloib ini sejak lama. Â Walau rasanya tak seperti khayalan kami saat melihat gambarnya di NOVA, toh anak-anak lebih sering menyantap hasil olahan itu dengan lahapnya.
Kadang-kadang, liburan juga hanya diisi dengan mencuci motor atau mobil. Â Tapi mereka, anak-anak, itu malah terbahak dengan saling semprot air. Â Hingga air ke mana-mana. Â Itu pun telah membuat kami bahagia.
Jadi?
Bahagia itu sederhana. Â Cukup menyusun aktivitas yang kita sukai bersama. Â Kita lakukan aktivitas itu dengan hati yang sudah memutuskan untuk bahagia. Â Pasti banyak tawa di sana.
Bahagia itu sederhana. Â Karena kita memang seharusnya tidak merumit-rumitkan diri dengan rumusan bahagia yang tak jelas ujungnya.