Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

3 Hati dalam Gelas (24)

7 April 2016   16:49 Diperbarui: 7 April 2016   17:12 95
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Belum."

Diah memijit-mijit kaki ibu sambil mengoleskan obat gosok agar ada kehangatan yang melingkupi tubuh ibu.  Hanya saja, ibu belum juga siuman.  Akhirnya, kami putuskan untuk membawa ibu ke rumah sakit terdekat.

Rumah sakit terasa begitu muram.  Diah agak bergidik juga setiap kali harus melangkahkan kaki di atas ubin rumah sakit.  Bukan hanya terasa muram tapi juga terasa dingin.

Untung dokter rumah sakit kecil itu cukup sigap.  Ibu langsung ditangani.  Dan alhamdulillah, dalam waktu sekejap ibu siuman.  Hanya saja, dokter menyarankan agar ibu dirawat dulu di rumah sakit untuk sementara.  Kalau sudah sehat benar baru diperbolehkan pulang.  Kami setuju.

"Kamu temenin ibu, ya, Di?" kata ibu meminta.

"Iya, Bu."

Mata ibu terlihat berbeda.  Agak sayu.  Seperti baru saja melakukan perjalanan jauh.  Tampak kelelahan.  Atau mungkin terlalu berat membawa beban.

"Ibu ngerepotin ya, Di?"

"Ah, ibu."

Diah memeluk ibu.  Kehangatan itu masih ada.  Seperti dulu.  Saat Diah merasa sendiri.  Selalu mendapat kehangatan saat memeluk atau dipeluk tubuh ibu.  Kehangatan itu masih sama.

"Ibu capai?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun