Semoga bisa ketemu suatu saat, doa Diah.
"Kenapa, Mbak Diah?"
"Enggak apa-apa. Â Cuma kalau benar Dodo tinggal di Duren Sawit, berarti satu kecamatan dengan tempat aku ngajar," jawab Diah sambil mengerahkan sekuat tenaga agar rasa yang tertinggal itu tidak diketahui adiknya.
"Waktu mbak Diah kuliah, Dodo sering banget nanyain alamat mbak."
"Kamu kasih?"
"Aku kan nggak tahu alamat persisnya. Â Aku cuma bilang kampusnya."
Diah ingat. Â Pernah suatu hari ada yang mencari Diah. Â Tapi orang yang mencari itu tak jelas. Â Dan tak pernah ketemu. Â Karena Diah sendiri baru ke taman kampus dua jam kemudian. Â Si penyampai pesan kelupaan. Â Mungkin dia itu Dodo. Â Karena berdasarkan cerita teman tentang ciri-ciri orang yang mencarinya, semua itu merujuk pada sosok Dodo.
Setelah itu tak terdengar ada tanda apa-apa lagi.
Ibu tak bicara apa-apa. Â Seperti biasa, ibu memang selalu menjadi pendengar yang baik. Â Ibu hanya bicara hal-hal yang dirasa sangat penting.Â
"Nduk, ibu mau ngomong," sela Ibu.
Afra Diam. Â Diah diam. Â Pasti ada sesuatu yang amat sangat penting hingga ibu memotong obrolan seru mereka. Â Mata Diah tertuju pada mulut ibu. Â Ingin memahami betul setiap huruf yang keluar dari dalamnya.