Sepandai-pandai tupai melompat, suatu saat pasti akan jatuh juga. Â Sepandai-pandai Diah menjaga agar hatinya tenang, tetap saja tak konsentrasi mengajar hari ini. Â Beberapa anak protes karena pelajaran Bu Diah hari ini beda. Â Namun Diah hanya tersenyum sambil mengucap kepala anak pemrotes agar sedikit mau memahami hatinya.
Hingga usai pelajaran. Â Dan Diah pulang lebih cepat.
Diah tak ingin terlarut dalam sedih. Â Dan satu-satunya yang bisa meluruhkan hati Diah hanyalah novel. Â Kemarin Diah membeli novel terjemahan Albert Camus. Â Novel karya filsuf eksistensialis itu sangat memesona. Â Tentang orang yang kesepian dalam ramainya kota. Â Orang yang terkadang terkesan menantang Tuhan. Â Tapi enak dibaca.
"Assalamualaikum," suara Rara.
"Walaikum salam," jawab Diah sambil melirik dari balik buku.
"Belum selesai, Bun?"
"Nyaris. Â Kok baru nyampai?"
"Tadi ngerjain Pr matematik dulu."
"Ra, kamu sudah tahu, belum?"
"Tentang apa, Bun?"
"Tentang masa lalu bunda?"