[
Telepon masuk. Â Nomor baru. Â Paling-paling telepon dari sales kartu kredit. Â Diah mendiamkannya. Â Tak berapa lama telepon berbunyi lagi. Â Masih dari nomor yang sama. Â Diah hanya melirik sebentar. Â Lalu kembali sibuk memasukkan angka-angka ke dalam laporan yang harus segera di serahkan ke wakasek bagian kurikulum. Â Sebentar lagi pembagian laporan bayangan.
Diah bersyukur karena kelas VII.G tak masalah. Â Rara sudah menjadi anak baik. Â Bukan sekadar nilai-nilainya yang naik tapi banyak sekali kemajuan anak itu. Â Diah merasa ikut bahagia.
Semoga kelas VII.G menjadi kelas terbaik. Â Prestasi yang belum pernah diraih Diah selama puluhan tahun menjadi walikelas. Â Selalu saja ada anak bermasalah yang membuatnya gagal meraih prestasi sebagai walikelas terbaik. Â Tak apalah. Â Tidak segalanya harus dilalui dengan sebuah prestasi. Â Kedamaian hati lebih dari segalanya.
Masuk sms.
Apa kabar, Diah?
Aku Lina.
telepon aku dong!
Twing.
Kepalaku langsung berputar. Â Otakku melayang ke masa lalu. Â Masa-masa kuliah. Â Masa-masa penuh gairah. Â Penuh kenangan. Â Salah satu manusia yang menghuni hati Diah selama kuliah adalah Lina. Â Lina Marlina, nama lengkapnya. Â Kadang aku panggil nenek karena dia agak cerewet dibanding yang lain.Â
Kami bertiga adalah teman akrab. Â Diah, Lina, dan satu lagi Desli. Â Lina yang lulus paling duluan. Â Setelah lulus, Lina seperti menghilang ditelan buaya. Â Tak ada tanda-tanda dia masih mau berteman dengan Diah dan Desli. Â Ada kabar kalau Lina dikawin paksa di kampungnya. Â Kampungnya di Garut memang di ujung jalan. Â Tak ada jalan terusan setelah rumah Lina. Â Maka kami sering menjulukinya sebagai rumah di ujung jalan.
Entahlah!
Karena ada juga yang mengatakan kalau Lina kabur bersama cowok yang dicintainya ke kota kecil di Jawa Timur. Â Tapi kabar ini agak aneh. Â Karena Diah tahu Lina tak pernah mencintai coowk selama kuliah. Â Tak pernah ke mana-mana kecuali bersama Diah, bersama Desli, atau malah bertiga. Â Tak pernah ada cowok dalam kamus kehidupan Lina. Â Jadi, cerita tentang Lina yang kabur ke kota kecil di Jawa Timur bersama coowok pujaan hatinya seperti dongeng belaka.
Mungkin juga sih!
Cerita yang ketiga lebih menyeramkan. Â Ada teman yang membaca berita entah di koran apa dan kapan karena dia sendiri lupa, tapi teman itu yakin seyakin-yakinnya tentang isi berita itu. Â Ada seorang Gadis yang ditembak perampok di Garut. Â Dan gadis itu bernama Lina. Â Wajah yang dipasang di koran itu juga sama persis dengan wajah Lina.
Tapi, cerita ini juga masih tak jelas kebenarannya!
Dan baru saja nongol sebuah SMS dengan pengakuan dari Lina. Â Teman yang sudah puluhan tahun tak diketahui rimbanya itu. Â Diah meraih HP. Â Mencoba menghubungi nomor yang tertera.
Tersambung.
Namun tak ada yang mengangkatnya hingga nada sambung berakhir. Â Diulang untuk yang kedua. Â Dan hasilnya masih sama. Â Tidak ada yang mengangkatnya. Â Hampir saja Diah pasrah.Â
Telepon ketiga diangkat.
"Haloo."
Namun tak ada yang menjawabnya. Â Diah tahu kalau di seberang ada yang mendengar sapanya. Â Tapi sepertinya sengaja membiarkan. Â Atau mungkin sedang meyakinkan suara Diah.
"Assalamualikum," sapa Diah untuk yang kedua.
"Waalikum salam," jawab dari seberang. Â Suara seorang perempuan. Â Serak. Â Seperti suara orang yang baru saja menangis.Â
"Lina?"
Pertanyaan Diah tak dijawab. Â Justru telepon dimatikan mendadak.Â
Diah kembali menyibukkan diri dengan angka-angka nilai siswanya. Â Besok harus selesai. Â Kemarin saat sakit, Diah sama sekali tak mengerjakan sehingga sekarang harus dikebut. Â Walau hati Diah masih penasaran dengan orang yang mengaku sebagai Lina, segera Diah tepis.
SMS masuk.
Di, telepon aku besok
jam 10
penting
Lina
Diah semakin penasaran. Â Ada apa dengan si Lina. Â Sepertinya ada sesuatu yang penting. Â Kenapa harus menunggu besok? Â Kenapa harus jam 10? Â Apanya yang penting?
Tak ada yang bisa menjawabnya. Â Malah bayang-bayang itu yang muncul. Â Bayang-bayang yang mirip sekali dengan mimpi-mimpi Diah akhir-akhir ini. Â Mungkinkah ada hubungan antara mimpi-mimpi Diah dengan nasib teman waktu kuliahnya itu?
(Bersambung)
Â