Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

3 Hati dalam Gelas (7)

18 Maret 2016   14:12 Diperbarui: 18 Maret 2016   14:16 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[

Telepon masuk.  Nomor baru.  Paling-paling telepon dari sales kartu kredit.  Diah mendiamkannya.  Tak berapa lama telepon berbunyi lagi.  Masih dari nomor yang sama.  Diah hanya melirik sebentar.  Lalu kembali sibuk memasukkan angka-angka ke dalam laporan yang harus segera di serahkan ke wakasek bagian kurikulum.  Sebentar lagi pembagian laporan bayangan.

Diah bersyukur karena kelas VII.G tak masalah.  Rara sudah menjadi anak baik.  Bukan sekadar nilai-nilainya yang naik tapi banyak sekali kemajuan anak itu.  Diah merasa ikut bahagia.

Semoga kelas VII.G menjadi kelas terbaik.  Prestasi yang belum pernah diraih Diah selama puluhan tahun menjadi walikelas.  Selalu saja ada anak bermasalah yang membuatnya gagal meraih prestasi sebagai walikelas terbaik.  Tak apalah.  Tidak segalanya harus dilalui dengan sebuah prestasi.  Kedamaian hati lebih dari segalanya.

Masuk sms.

Apa kabar, Diah?
Aku Lina.
telepon aku dong!

Twing.

Kepalaku langsung berputar.  Otakku melayang ke masa lalu.  Masa-masa kuliah.  Masa-masa penuh gairah.  Penuh kenangan.  Salah satu manusia yang menghuni hati Diah selama kuliah adalah Lina.  Lina Marlina, nama lengkapnya.  Kadang aku panggil nenek karena dia agak cerewet dibanding yang lain. 

Kami bertiga adalah teman akrab.  Diah, Lina, dan satu lagi Desli.  Lina yang lulus paling duluan.  Setelah lulus, Lina seperti menghilang ditelan buaya.  Tak ada tanda-tanda dia masih mau berteman dengan Diah dan Desli.  Ada kabar kalau Lina dikawin paksa di kampungnya.  Kampungnya di Garut memang di ujung jalan.  Tak ada jalan terusan setelah rumah Lina.  Maka kami sering menjulukinya sebagai rumah di ujung jalan.

Entahlah!

Karena ada juga yang mengatakan kalau Lina kabur bersama cowok yang dicintainya ke kota kecil di Jawa Timur.  Tapi kabar ini agak aneh.  Karena Diah tahu Lina tak pernah mencintai coowk selama kuliah.  Tak pernah ke mana-mana kecuali bersama Diah, bersama Desli, atau malah bertiga.  Tak pernah ada cowok dalam kamus kehidupan Lina.  Jadi, cerita tentang Lina yang kabur ke kota kecil di Jawa Timur bersama coowok pujaan hatinya seperti dongeng belaka.

Mungkin juga sih!

Cerita yang ketiga lebih menyeramkan.  Ada teman yang membaca berita entah di koran apa dan kapan karena dia sendiri lupa, tapi teman itu yakin seyakin-yakinnya tentang isi berita itu.  Ada seorang Gadis yang ditembak perampok di Garut.  Dan gadis itu bernama Lina.  Wajah yang dipasang di koran itu juga sama persis dengan wajah Lina.

Tapi, cerita ini juga masih tak jelas kebenarannya!

Dan baru saja nongol sebuah SMS dengan pengakuan dari Lina.  Teman yang sudah puluhan tahun tak diketahui rimbanya itu.  Diah meraih HP.  Mencoba menghubungi nomor yang tertera.

Tersambung.

Namun tak ada yang mengangkatnya hingga nada sambung berakhir.  Diulang untuk yang kedua.  Dan hasilnya masih sama.  Tidak ada yang mengangkatnya.  Hampir saja Diah pasrah. 

Telepon ketiga diangkat.

"Haloo."

Namun tak ada yang menjawabnya.  Diah tahu kalau di seberang ada yang mendengar sapanya.  Tapi sepertinya sengaja membiarkan.  Atau mungkin sedang meyakinkan suara Diah.

"Assalamualikum," sapa Diah untuk yang kedua.

"Waalikum salam," jawab dari seberang.  Suara seorang perempuan.  Serak.  Seperti suara orang yang baru saja menangis. 

"Lina?"

Pertanyaan Diah tak dijawab.  Justru telepon dimatikan mendadak. 

Diah kembali menyibukkan diri dengan angka-angka nilai siswanya.  Besok harus selesai.  Kemarin saat sakit, Diah sama sekali tak mengerjakan sehingga sekarang harus dikebut.  Walau hati Diah masih penasaran dengan orang yang mengaku sebagai Lina, segera Diah tepis.

SMS masuk.

Di, telepon aku besok
jam 10
penting

Lina

Diah semakin penasaran.  Ada apa dengan si Lina.  Sepertinya ada sesuatu yang penting.  Kenapa harus menunggu besok?  Kenapa harus jam 10?  Apanya yang penting?

Tak ada yang bisa menjawabnya.  Malah bayang-bayang itu yang muncul.  Bayang-bayang yang mirip sekali dengan mimpi-mimpi Diah akhir-akhir ini.  Mungkinkah ada hubungan antara mimpi-mimpi Diah dengan nasib teman waktu kuliahnya itu?

(Bersambung)

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun