Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC] Puisi untuk Vianda

2 Maret 2016   17:21 Diperbarui: 2 Maret 2016   17:33 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan Udin mulai membaca ...

 

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan kata yang tak sempat diucapkan
Kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
Dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
Awan kepada hujan yang menjadikannya tiada

Saat Udin selesai membaca puisi itu, air mata Vianda mengalir deras seperti Ciliwung saat di Bogor hujan deras.  Vianda yang terlahir dari seorang bapak yang suka berempati, ternyata hatinya terlalu lembut untuk disentuh puisi Udin yang sangat sahdu dan penuh dengan ketulusan itu.

"Aku tak menyangka kau bisa menulis puisi sebagus itu, Din.  Aku suka banget ..." kata Vianda yang hampir lupa hendak memeluk Udin tapi segera diurungkan karena hidungnya langsung tersambar bau badan Udin yang sudah tiga hari tak tersentuh sabun mandi.

"Jadi kau juga mencintaiku?" tanya Udin gugup.

"Aku suka puisimu.  Bikinin lagi buat aku puisi yang spesial ya?"  kata Vianda.

Gubrak.  Udin masuk kamar.  Pintunya dikunci dalam-dalam.  Tak ingin ada orang yang mengganggunya.  Udin ingin bikin puisi paling spesial buat Vianda.

Satu minggu.  Dua minggu.  Tiga minggu.  Dan Udin tak juga keluar-keluar kamar.  Ibunya Udin tak peduli lagi.  Karena merasa segala permintaan Udin sudah dipenuhinya.  Dan Udin sendiri belum juga kelar-kelar bikin satu kata untuk puisi spesialnya.  Puisi yang dulu dibaca di depan Vianda hanyalah puisi yang dipungut Udin di perpustakaan sekolah.  Kalau bikin sendiri, mana bisa dia .........

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun