Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[HUT RTC] Puisi untuk Vianda

2 Maret 2016   17:21 Diperbarui: 2 Maret 2016   17:33 69
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Oke.  Demi ibu, saya akan usahakan.  Siapa nama gadis pujaan Udin?" tanya Pak Kepala Sekolah yang terkadang lebai ingin dianggap sebagai kepala sekolah yang baik hati.

"Namanya Vian ... Vian .... Vianda."

Gubrak.  Kepala sekolah nyaris tersungkur mendengar nama yang disebut ibunya si Udin.  Kamu mungkin belum tahu siapa Vianda.  Aku yang nulis cerita ini jelas udah pasti tahu.  Karena aku kan yang ngerancang cerita ini.  Vianda itu dalam cerita ini dijadikan anak kepala sekolah satu-satunya dari istri satu-satunya yang mau dikawinin dia.  Siapa yang gak jantungan, anak semata wayangnya diidolain sama si Udin, siswanya yang paling susah mendapat harapan masa depan.  Kepala sekolah sudah pasti tahu jika nilai si Udin memang enggan melewati angka 6.  Angka 6 selalu diperoleh Udin jika sudah melewati 3 kali remedial.  Karena remedial ke-4 tak mungkin dilakukan lagi oleh guru jika pesertanya tinggal Udin selalu.

Dan hari ini ... apakah kepala sekolah harus merelakan anaknya menyembuhkan luka dalam yang dialami Udin?  Oh, Tuuuuuuuuuuuuuhhhhhan, kenapa Engklau memberi cobaan yang begini berat?  Jerit kepala sekolah dalam hati.

"Tolong, Pak.  Setelah itu, biarlah dia mati juga tak apa-apa.  Sebagai ibunya, saya sudah merelakannya," pinta ibunya sambil gemetar takut permintaannya ditolak kepala sekolah.

"Baiklah!" jawab kepala sekolah yang langsung membuat ibunya Udin tersungkur nyaris pingsan.  Ternyata masih ada orang baik di dunia ini. 

Singkat cerita.  Vianda pun datang ke rumah Udin.  Misinya hanya satu, menyelamatkan Udin agar jika dia mau bunuh diri, Udin tak bakalan jadi hantu.

"Assalamualaikum ..."

Gubrak.  Mendengar suara halus pengucap salam, Udin langsung keluar kamar.  Dia membawa secarik kertas.  Lalu, dia bersiap-siap membacanya. 

"Vianda ... tolong dengarkan puisiku.  Puisi yang sudah tiga hari tiga malam aku siapkan untukmu.  Setiap kata-kata dalam puisi ini sangat mewakili perasaanku padamu.  Tolong ... tolong dengarkan dengan seksama dan dalam waktu yang sesingkat-singkatnya.  Peliiiiizzzzzzzzzzzzzzzz!" kata Udin dalam kata sambutannya.

Tak ada hal lain kecuali Viona mengangguk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun