“Sebetulnya Bagus itu sudah tidak punya siapa-siapa. Tidak punya ibu. Juga tak punya bapak,” kata Kakek.
“Oh, orangtua Bagus sudah tiada, Kek? Maaf. Nama kakek?” tanya Bunda penasaran.
“Panggil saja Kakek Junaedi.”
Kakek Junaedi berhenti sejenak. Menghela nafasnya. Matanya berkaca-kaca. “Kalau dikatakan orangtua Bagus sudah tidak ada juga tidak benar.”
Bunda hanya diam. Bingung. Mocsya juga bingung.
“Sebetulnya, Bagus itu juga bukan cucu saya,” jelas Kakek lagi.
Bunda hanya diam. Bingung. Mocsya juga bingung.
“Dia itu anak jalanan yang saya angkat menjadi cucu saya. Karena dia anak yang rajin. Saya pikir, tak ada salahnya kalau kakek membantu dia,” lanjut kakek.
Hah! Bagus anak jalanan. Tak punya siapa-siapa. Kakek itu juga bukan kakeknya? Mocsya semakin merasa bersalah.
“Mocsya, kamu sudah pernah ke rumah kakek belum?” tanya kakek mengagetkan Mocsya.
“Ehm, belum, Kek,” jawab Mocsya agak gugup.