Mohon tunggu...
Mochamad Syafei
Mochamad Syafei Mohon Tunggu... Guru - Menerobos Masa Depan

Kepala SMP Negeri 52 Jakarta. Pengagum Gus Dur, Syafii Maarif, dan Mustofa Bisri. Penerima Adi Karya IKAPI tahun 2000 untuk buku novel anaknya yang berjudul "Bukan Sekadar Basa Basi".

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Cara Praktis Mengurangi Jumlah Penduduk

7 September 2011   01:43 Diperbarui: 26 Juni 2015   02:11 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Keluarga Berencana (KB) sudah nyaris tak terdengar.  Maka berduyun-duyunlah warga baru negeri ini.  Catatan kelahiran membengkak, cenderung mengkhawatirkan ( Tentunya, bagi yang mikir).  Bagaimana mengatasi lonjakan jumlah penduduk ini?

Beralih ke lebaran.  Kecelekaan meningkat?  Pasti!  Siapa yang peduli?  Paling banter, peristiwa kecelakaan yang meningkat ini hanya sampai pada angka-angka yang dibahas di balik meja para menteri sambil menikmati asyiknya kopi.  Setiap tahun, katanya mau dikaji.  Tapi selalu berhenti pada kata "mau".  Tak pernah ada tindakan nyata yang nyata-nyata memang sebuah tindakan dan bukan omong doang.

Tidak percaya?

Keterlaluan.  Perhatikan saja, tiap tahunnya (karena memang lebaran sebagai peristiwa tahunan, coba kalau bulanan?).  Kejadian serupa akan berulang dan berulang lagi.  Dan sekali lagi, dengan intensitas yang lebik tinggi.  Apakah ini hasil sebuah kaji?  Preeetttt!!   Para menteri itu sepertinya lebih suka minum kopi sambil nyari peluang untuk korupsi.

Paling-paling, data tentang peningkatan kecelakaan saat lebaran berhenti jadi pembicaraan sampai dilaksanakannya halal bihalal.  Setelah itu, segala yang berbau lebaran sudah kadaluwarsa.  Berbicara tentang lebaran hanyalah sia-sia.  Sampai ketemu dengan lebaran tahun depan.  Dengan kecelakan yang berulang.  Terus bikin janji lagi:  Janji akan dikaji.  Terus, terus, dan teruuuussss.  Entah sampai kapan.

Bahkan kalau boleh sedikit membuat perumpaan yang seharusnya tak dilakukan, kecelakaan lebaran ini sepertinya dibiarkan hanya karena sebagai sarana mengurangi jumlah penduduk yang tak lagi mengenal kata KB.  Haaaaah.....!!!!

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun