Mohon tunggu...
mochamadichsanrafi
mochamadichsanrafi Mohon Tunggu... Lainnya - mahasiswa

saya ichsan

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar dari Kasus Blunder Gus Miftah dengan Penjual Es Teh: Pentingnya Kata-Kata, Bahasa Tubuh, dan Sikap Respek dalam Komunikasi

6 Januari 2025   11:10 Diperbarui: 6 Januari 2025   11:19 77
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Belajar dari Kasus Blunder Gus Miftah dengan Penjual Es Teh: Pentingnya Kata-Kata, Bahasa Tubuh, dan Sikap Respek dalam Komunikasi

Oleh : Mochamad Ichsan Rafi Ramadhan 

Komunikasi merupakan elemen penting dalam kehidupan sehari-hari. Setiap elemen komunikasi, termasuk kata-kata, bahasa tubuh, dan sikap respek, memainkan peran penting dalam penyampaian pesan. Komunikasi efektif memegang peran kunci untuk membangun hubungan yang harmonis baik dalam hubungan intrapersonal maupun interpersonal. Namun, komunikasi yang tidak tepat dapat menimbulkan kesalahpahaman, konflik, hingga kerusakan citra diri, seperti yang terlihat pada kasus Gus Miftah dengan seorang penjual es teh. Kasus blunder ini bermula ketika Gus Miftah, memberikan komentar yang dinilai kurang menghargai seorang pedagang es teh dalam sebuah pernyataan yang viral di media sosial. Kejadian ini menarik perhatian publik, yang menimbulkan kontroversi di media sosial, bahkan viral hingga Negeri Jiran. Tidak sedikit juga public figure, influencer, bahkan Presiden Indonesa, Prabowo Subianto, hingga Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, mengomentari peristiwa ini, mengingat Gus Miftah merupakan pendakwah sekaligus juga public figure yang terkenal. Apa yang sebenarnya terjadi, dan pelajaran apa yang bisa kita ambil dari peristiwa ini?

Kronologi kasus 

Pada acara sholawatan di Lapangan Drh Soepardi, Sawitan, Kabupaten Magelang, Rabu, 20 November lalu, Gus Miftah berinteraksi dengan seorang penjual es teh bernama Sunhaji. Gus Miftah memanggil Sunhaji, seorang penjual es teh, ke atas panggung. Dalam interaksi tersebut, Gus Miftah berkata, "Es tehmu ijek okeh ora (es tehmu masih banyak nggak)? Masih? Yo kono didol (ya sana dijual), goblok," lanjunya 

"Dol en ndisik, ngko lak rung payu yo wes, takdir (Jual dulu, nanti kalau masih belum laku, ya sudah, takdir),"

"Kowe ki dodolan es teh kok ora payu-payu, piye toh?" (Kamu ini jualan es teh kok tidak laku-laku, bagaimana sih?). Sunhaji, sang penjual es teh, terlihat hanya terdiam dan tersenyum kecil, sementara jamaah di sekitar tertawa. Video interaksi ini kemudian viral di media sosial, memicu berbagai reaksi dari netizen yang menilai tindakan Gus Miftah sebagai bentuk penghinaan terhadap pedagang kecil.

Reaksi Publik hingga Tokoh Terkenal 

Setelah video tersebut menyebar luas dan viral, banyak netizen mengkritik sikap Gus Miftah yang dianggap tidak menghormati pedagang kecil. Beberapa komentar di media sosial menyatakan kekecewaan dan meminta Gus Miftah untuk meminta maaf secara terbuka. Menanggapi hal ini, Gus Miftah akhirnya menyampaikan permintaan maaf kepada Sunhaji dan publik. Ia mengakui kesalahannya dan menyatakan bahwa ucapannya tersebut hanyalah candaan yang tidak bermaksud merendahkan.

Selain itu, tokoh-tokoh ternama juga memberikan komentar terkait insiden ini. Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, menyatakan bahwa tindakan Gus Miftah merupakan contoh sikap angkuh yang tidak seharusnya ditunjukkan oleh seorang pendakwah. Anwar menyoroti bahwa penjual es teh termasuk golongan orang-orang kurang mampu, dan penghinaan terhadap mereka adalah tindakan yang tidak pantas. Sementara itu, Presiden Indonesia, Prabowo Subianto, melalui juru bicaranya, menyatakan bahwa tindakan Gus Miftah tidak mencerminkan nilai-nilai yang diharapkan dari seorang utusan khusus presiden. Prabowo menekankan pentingnya sikap respek dan empati dalam setiap interaksi, terutama bagi tokoh publik yang menjadi panutan masyarakat

Analisis komunikasi: Mengapa Ini Penting untuk Dibahas?

Kasus ini menjadi contoh nyata tentang bagaimana komunikasi yang kurang bijak bisa berdampak besar, terutama di era digital. Ada tiga elemen penting dalam komunikasi yang bisa kita pelajari dari kasus ini:

1. Kata-Kata 

Pilihan kata yang tidak tepat dapat menimbulkan persepsi negatif. Meskipun dimaksudkan sebagai candaan, pernyataan Gus Miftah dianggap merendahkan martabat Sunhaji sebagai penjual es teh. Menurut teori komunikasi, kata-kata memiliki kekuatan besar yang dapat membentuk realitas sosial dan mempengaruhi hubungan antarindividu. Maka benarlah yang dikatakan orang-orang terdahulu dalam peribahasa "Lidah lebih tajam daripada pedang"

2. Bahasa Tubuh

  Bahasa tubuh yang tidak selaras dengan pesan verbal yang disampaikan dapat menimbulkan kesalahpahaman. Dalam video tersebut, ekspresi dan gestur Gus Miftah dilihat tidak menunjukkan bahasa tubuh yang baik dan seolah merendahkan, sehingga memperkuat persepsi negatif dari netizen. Walaupun saat acara itu banyak jamaah yang tertawa karena menganggap Gus Miftah sedang bercanda. Banyak penelitian mengenai komunikasi non-verbal menjelaskan bahwa hal ini memainkan peran signifikan dalam interpretasi pesan dan dapat mempengaruhi persepsi audiens terhadap kredibilitas pembicara.

3. Sikap Respek 

Sikap respek dalam komunikasi mencerminkan penghargaan terhadap lawan bicara. Kurangnya respek dapat merusak hubungan bahkan bisa menimbulkan konflik. Dalam konteks ini, candaan yang tidak mempertimbangkan perasaan pihak lain menunjukkan kurangnya empati dan penghargaan. Studi dalam bidang komunikasi interpersonal menekankan pentingnya empati dan respek dalam membangun hubungan yang positif dan efektif.

Pelajaran dari Kasus Gus Miftah

Kasus ini memberikan beberapa pelajaran penting bagi kita untuk berhati-hati dalam berkomunikasi atau berbiccara dengan orang lain. Maka dari itu penting bagi kita untuk berpikir sebelum berbicara , terutama ketika berbicara di ruang publik. Selanjutnya yang tidak kalah penting dari itu, bahasa tubuh yang baik dan sesuai dengan pesan yang ingin disampaikan agar audies atau lawan bicara kita merasa dihargai dan diperhatikan. Ini menunjukan sikap respek dalam komunikasi. 

Kesimpulan 

Kasus blunder komunikasi antara Gus Miftah dengan Sunhaji, seorang penjual ES teh memberikan pelajaran penting dalam berkomunikasi. Bagaimana komunikasi yang tidak hati-hati dapat menciptakan dampak negatif, baik secara personal maupun sosial. Apalagi sebagai publik figure yang selalu disorot oleh media, sudah seharusnya menjadi teladan, terlepas dari ciri khasnya pada saat tampil. Komunikasi efektif menjadi peran kunci untuk membangun hubungan yang harmonis baik dalam hubungan intrapersonal maupun interpersonal. Dengan memahami dan menerapkan prinsip-prinsip komunikasi yang baik, kita dapat menghindari salah paham dalam menangkap pesan yang ingin disampaikan

 

Cari lebih banyak informasi lain mengenai bimbingan dan konseling, serta hal-hal yang terkait di laman berikut: https://bk.fip.unesa.ac.id/

Referensi 

CNN Indonesia. (2024). Olok-olok Gus Miftah ke Penjual Es Teh Diklaim Cuma 'Guyonan Biasa'. 

Diakses dari: https://www.cnnindonesia.com/nasional/20241203170110-20-1173362/olok-olok-gus-miftah-ke-penjual-es-teh-diklaim-cuma-guyonan-biasa

Detik.com. (2024). Kontroversi Gus Miftah Menghina Penjual Es Teh Berujung Minta Maaf. Diakses dari: https://www.detik.com/jatim/berita/d-7670042/kontroversi-gus-miftah-menghina-penjual-es-teh-berujung-minta-maaf

Kompas.com. (2024). Kasus Miftah: Blunder Komunikasi yang Merugikan Pemerintah? Diakses dari: https://nasional.kompas.com/read/2024/12/04/21110571/kasus-miftah-blunder-komunikasi-yang-merugikan-pemerintah?page=all.

Komunikasi Efektif. (2023). Panduan Komunikasi Profesional di Era Digital.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun