Namun, sebelum Joshua sempat mengatakan penolakannya. Irene buru-buru memberikan sanggahan bahwa lambat laun ia akan dipanggil kesana untuk membantu pengobatan. Dengan terpaksa akhirnya Joshua menyetujuinya.
"Baiklah, sebaiknya kamu tetap berada disekitarku saat disana," Joshua akhirnya mengalah kemudian menatap netra Irene "Irene ikut aku," Joshua menarik lengan Irene dengan lembut. Dengan bingung Irene bertanya "mau kemana kita? Ini sudah sore," Joshua terkekeh, "Tentu saja ke Festival Budaya Kota Monty," mereka bergandengan tangan dengan erat  ditemanai perbincangan tak tentu arah.
Musik mengalun merdu memenuhi setiap sudut tempat perayaan dengan meriah, bunyi kecapi yang dimainkan dengan jemari yang lentik oleh penyair jelita seakan mencuri hati penontonnya. Sinar Mentari yang akan segera turun tergantikan oleh sinar rembulan, tanda perayaan yang sesungguhnya akan dimulai.
Joshua berbisik pelan "pegang tanganku dengan erat, jangan sampai hilang," Irene yang mendengar itu merengut sebal. "Joshua, aku bukan anak kecil lagi!" Joshua terkekeh mendengarnya. Saat tidak berada dilingkup pekerjaan Irene akan berganti peran menjadi teman masa kecil Joshua, Mereka pertama kali bertemu saat Irene yang pulang dari berbelanja menyelamatkan Joshua yang hampir tertabrak bus.
Irene menyunggingkan senyumannya dengan nada menggoda ia berkata "sebaiknya kau yang genggam tanganku dengan erat, jangan sampai tiba-tiba lari mengambil mobil mainanmu yang berada dijalan," Joshua yang mendengar itu hanya tertawa sembari mengacak-acak surai Irene yang dikepang dua dengan pita dibawahnya. Irene memukul Joshua dengan keras walau menurut Joshua itu hanya seperti gigitan semut, "Berhenti mengacak rambutku yang sudah aku tata dengan susah payah Joshua!"
Mereka duduk ditanah beralaskan karpet yang terbuat dari kain, menikmati pertunjukkan tari tradisional dengan selendang yang memutar seperti memiliki sihir di setiap gerakannya, kemudian dilanjutkan penyair yang membacakan syairnya dengan sangat mendalam mempunyai makna disetiap kata  yang keluar dari bibirnya dan terakhir ditutup dengan Paduan suara dari berbagai kalangan umur anak kecil hingga nenek- nenek yang dengan ceria menyanyikan lagu yang mereka bawa menambah kehangatan suasana kala itu.
Joshua berkata dengan lembut "mau melihat lukisan yang aku pamerkan disini?" Irene melebarkan matanya terkejut kemudian mengangguk antusias "Tentu saja, aku mau!" mereka berdua berjalan ke jembatan yang disetiap sisinya terdapat lukisan indah. Netra Irene bergulir menelisik kerumunan manusia "Kenapa disana sangat ramai?" Joshua hanya terdiam dan mengangkat bahunya ringan.
Mereka berdua mendatangi kerumunan itu, samar-samar terdengar bisikan orang orang disana "Bukankah itu gadis cantik yang ada dilukisan itu? Wah irinya!" Irene yang kebingunganpun sekarang terkejut melihat potret wajahnya terpapar lebar. "Ini lukisan buatanmu? Terimakasih!! Ini benar-benar sangat indah Joshua," Irene tampak antusias sebelum Kembali tergantikan oleh raut wajah bingung "tapi kenapa aku?" Joshua hanya tersenyum simpul "karna kamu indah dan bermakna Irene," Wajah Irene sekarang sangat merah seperti tomat.
Beberapa bulan kemudian, Sang ilmuwan dan perawat cerdas itu akan segera pergi menuju medan perang. Sebelum berangkat, mereka melantunkan doa-doa suci kepada Tuhan YME dengan harapan diberikan keselamatan sehingga dapat berkumpul seperti sedia kala.Â
"Apa kamu khawatir?" Joshua menatap kearah Irene yang tampak gusar ditempat duduknya. "tentu saja! Kita akan pergi ke medan perang, nyawa kita bisa melayang kapanpun!" Joshua menepuk punggung Irene "hey! Tenanglah jika terjadi sesuatu yang buruk aku akan melindungimu," Irene menatap Joshua sebal, "mengorbankanmu? Jangan konyol Joshua. Jika kau tidak ada lebih baik aku ikut saja," Joshua menghela nafas lelah melihat Wanita disampingnya yang begitu keras kepala.
Setelah sampai disana, mereka berdua berpisah mengerjakan tugas masing-masing. Walau Irene tahu mereka pasti akan menang karena Joshua sudah turun tangan, tapi ia tidak mengerti kenapa hatinya dilanda gundah saat menginjakkan kaki disini. "ah, mungkin hanya sugestiku saja," Irene Kembali tersadar dan segera mempersiapkan dirinya untuk membantu prajurit.