Mohon tunggu...
Clotehan Nawak
Clotehan Nawak Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PPG Prajab Gelombang 2 2024

Visi saya sebagai guru masa depan adalah menjadi guru yang mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman saat ini dan kedepannya, memanfaatkan teknologi secara efektif, dan membangun hubungan yang kuat dengan siswa. Guru masa depan tidak hanya menjadi pemberi materi pembelajaran, namun juga menjadi mentor dan inspirasi yang dapat mendukung perkembangan siswanya secara holistik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Telah Habis Masanya

16 Oktober 2024   20:45 Diperbarui: 22 November 2024   06:01 96
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pak Saleh : "Ngapunten dereng saget sakniki Mbah..."

Mbah Joyo : "Ooooo.... Wes jelas brarti, sesok sapine tak jipuk dadi tak an ku. Wes kono balek! (dengan suara nada tinggi)"

Pak Saleh : " Nggeh Mbah..... (dengan wajah termenung, berjalan keluar.)"

Mbok Nang : " Loo.... loo... loo... lagek mari digawekne wedang kok wes balek ae."

Begitulah prilaku masa mudanya Mbah Joyo yang sangat kurang baik(kata seorang tetangga tentang perilaku Mbah Joyo)

Selang beberapa puluh tahun, ketik mbah Joyo pulang dari sawanya,ia berjalan menyusuri tebing sungai yang memang satu-satunya akses jalan pulang.ketika ia jalan santai tiba-tiba tanah yang dilaluinya longsor dan Mbah Joyo terjatuh dari tebing sungai itu dan mengubur tubuh Mbah Joyo yang hanya terlihat kepalanya saja, sempat pisan beberapa waktu setelah kejadian itu, akhirnya terbangun dan teriak minta tolong.sampai pada akhirnya ada warga yang menolong meski dengan rentang waktu yang cukup lama.Tubuh Mbah Joyo diangkat dari tanah yang mengkuburnya.Setalah kejadian itu langsung di larikan kerumah sakit,dengan tubuh yang terkulai lemas.Sekian hari badan Mbah Joyo masih terasa lemas to ak mampu digerakkan,yang pada akhirnya di nyatakan bahwa Mbah Joyo stroke.

Dengan kesombongan Mbah Joyo yang sangat kaya itu,Mbah Joyo tetap menyombongkan dirinya bahwa bisa menebus biaya pengobatan sampai sembuh.Sampai akhirnya dengan keadaan yang tidak menunjukkan adanya perubahan kesembuhan terhadap derita yang di alamai.

Waktu berlalu mbok Nang yang selalu setia menemani dengan baik  akhirnya menghembuskan nafas terakhir, meninggalkan Mbah Joyo sendiri bersama derita yang harus dijalani.(Kata salah seorang tetangga yang sering kali ditanya keadaan mbah Joyo dan mbok Nang)

Hidup sendiri bersama derita membuat Mbah Joyo semakin menderita yang kini hanya tinggal menunggu hembusan nafas terakhir.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun