(2022)
-
Ode untuk Søren Kierkegaard
I
keadaan paling menyakitkan adalah bertemu dengan seseorang yang tepat di waktu yang keliru, kemudian sadari bahwa kau adalah sesuatu yang keliru—& waktu terus berjalan, menuju satu titik yang tak seorang tuhan pun tahu di manakah ujungnya itu.
II
mencintai seseorang, & kita akan menyesalinya. tak mencintai seseorang, kita akan menyesalinya. mencintai seseorang atau tak mencintai seseorang, entah bagaimanapun, kita akan menyesalinya. menyesali sesuatu ... adalah keadaan yang tak terelakkan.
III
melanjurkan hidup adalah perihal sinis pada hal-hal yang naif—yang dibahasakan seorang tolol yang terlalu optimis. tapi mencintai hidup adalah perang tanpa akhir perihal bagaimana membunuh penyesalan, yang sayangnya tak pernah bisa mati.
 IV
 kita bisa menusuk arteri kita
 'tuk alihkan semua kesengsaraan
 & coba lupakan—tapi kita tak bisa lari
 dari penyesalan yang tak terhindarkan.
 (2022)
-
Bila Aku Menulis Puisi dengan Lautmu di Kerongkonganku
barangkali kau benar,
tak ada pelamun akut
yang tak takut pada warna
yang pancarkan kesunyian.
barangkali kau benar, orang-orang
akan benar-benar mati pada umur
dua puluh dua & tak dikuburkan—
sampai tak ada lagi kurva naik-turun
pada jantungnya. barangkali kau benar,
aku terjebak di antara dua narasi besar:
apakah mati muda—ataukah nikahimu
& miliki keluarga kecil yang bahagia.
barangkali aku benar,
kesepian yang hakiki adalah
bila aku bersama kesepianku
& kau bersama kesepianmu.
barangkali aku benar,
tak ada Tuhan selain tuhan.
& tak ada kesia-siaan selain
Kesia-siaan. barangkali aku benar,
membaca buku-buku Pak Kumis &
Mas-Mas Prancis itu buatku jadi sinis.
atau pesimis, atau realistis, atau liris,
atau melankolis, atau nihilis, atau fatalis. ketimbang eksistensialis. omong-omong, hmmm, mengapa pula rima di bait kedua
seperti kata sifat rapi, seperti ...
omong kosong hidup & kehidupan ini.
barangkali kita benar,
kita begitu berbeda
dalam pemikiran-pemikiran, kecuali
dalam kemurungan-kemurungan.