Harga genteng turun bisa disebabkan karena sepinya peminat genteng tanah karena adanya produk pesaing yang lebih murah, tidak adanya kesepakatan penyamaan harga / saling banting harga, hasil produk yang melimpah tapi kebutuhan pasar sepi, negosiasi pengepul hanya mau beli dengan harga yang rendah, dan masih banyak faktor lainnya.
Pengrajin genteng dan batu bata di desa Mayong Lor dan Mayong Kidul kini sudah mulai berkurang dan meredup, ditambah adanya ekspansi pabrik dari kota besar ke desa, tenaga kerja muda hanya modal ijasah SMP pun bisa masuk menjadi karyawan pabrik di Kecamatan. Mayong,Ka. Jepara. yang memberi dampak sulitnya mendapatkan tenaga kerja untuk proses produksi genteng dan batu bata.
hal ini sebenarnya bisa dijadikan sebuah progres membangun Indonesia dari Desa, dengan menghidupkan kembali sektor lokal produk UMKM apapun itu dan tiap desa tidaklah harus sama dengan membuat 1 jenis produk ataupun 1 jenis program, itu namanya program ambil enaknya sendiri tidak mau menghidupkan potensi lokal yang sudah ada dimana masyarakat setempat sudah paham betul dengan proses produksinya dan kualitasnya.
peran yang dibutuhkan disini adalah support pengelolaan proses produksi termasuk penanganan pencemaran udara dari asap pembakaran keramik, pengelolaan hasil produksi, mulai dari pemilihan grade produk, penyamaan harga jual yang saling menguntungkan, inovasi, penampungan hasil produksi dengan pembayaran tunai saat produk di setor, selanjutnya penjualan hasil produk oleh pengelola kelompok usaha (yaitu pemerintah kabupaten / propinsi / kedinasan UMKM dan /Deperindag).
Jika setiap program hanya berupa sosialisasi, pelatihan membuat barang tanpa support penjualannya sama saja omong kosong, pasti akan ada persaingan harga dan yang bermodal kecil pasti akan cepat gulung tikar karena harga jual tidak bisa menutup biaya produksi.
support yang baik dari departemen pemerintah yang sesuai bidangnya ke desa akan membawa kemajuan desa - desa di tiap kecamatan yang tentunya berdampak kepada peningkatan APBD, masyarakat dengan ekonomi yang cukup dan mapan tentunya akan membentuk pola pikir yang baik di daerah tersebut, apabila hal ini bisa dicapai di tiap desa dan kabupaten diseluruh Indonesia tentunya akan menciptakan iklim membangun swadaya dari masyarakat desa, perbankan pun berjalan naik semakin baik, pembelian produk otomotif, elektronik dan produk yang dibutuhkan desa tersebut juga semakin meningkat, pendapatan Negarapun meningkat. Membangun desa berarti membangun Indonesia sesuai dengan program membangun Indonesia dari desa.
Lalu apakah semua itu bisa direalisasikan di tiap desa diseluruh Indonesia ?, tentunya bisa. Jika dilakukan..!!. Namun analisa saya menurut pengamatan dari kondisi lapangan dan berbagai sumber. peningkatan pengembangan desa hanya dilakukan secara intens kepada desa - desa yang benar - benar sudah mapan dengan programnya dan ada penanggung jawabnya serta masih berjalan dan dikelola dengan baik. lhaaaaa ini....ini yang jadi target empuk untuk dikunjungi bersosialisasi dibina dengan program - program baru yang seolah olah desa tersebut belum melakukannya untuk dilakukan sesuai instruksi. selanjutnya melakukan pengakuan ini desa yang sudah mengikuti program pelatihan bla bla bla hingga mampu berkembang dan menciptakan masyarakat mandiri. Desa pun mengiyakan karena entah kebaikan masyarakat desa atau karena mendapat dana bantuan dan entah karena faktor apa lagi, ya tentunya semua bertujuan baik.
hanya saja, kenapa yang dikembangkan desa yang sudah maju dan mapan. Bukan desa yang belum maju dan belum mapan. misal desa tertinggal dan pedalaman atau paling tidak desa - desa belum mapan yang terdekat dengan kota.
Ataukah yang dimaksudkan pembangunan Indonesia dari Desa ?, memajukan desa dengan cara instan menjual lahan hijau untuk didirikan pabrik yang notabene bukan pabrik anak bangsa milik pemerintah. tapi milik negara asing. ya otomatis menyerap banyak tenaga kerja, dan ekonomi cepat tumbuh. tapi akaha benar ekonomi tumbuh ?, sampai kapan ?, siapa yang untung ?.
Membangun Indonesia dari Desa, setiap warga setiap masyarakat, setiap komunitas dan organisasi pasti memiliki program yang baik untuk masyarakat, entah itu benar - benar dari nol untuk membina, entah hanya membina yang sudah mapan dan mendompleng kesuksesan yang sudah berjalan, entah secara instan, entah yang hanya sekedar muncul dimana saja lalu menghilang, entah hanya muncul disaat masa kampanye dengan membawa bendera salah satu partai.
Membangun Indonesia dari Desa bisa dilakukan oleh siapapun yang tentunya sangat berat jika dijalankan sendiri untuk potensi yang lebih luas, butuh dukungan tim yang solid, regulasi pendukung dari kementrian dan pemerintah, disupport / dibukakan segmen pasar (jika berhubungan dengan penjualan produk). yang paling utama adalah adanya support pembiayaan yang fleksibel dan tidak mencekik leher.