Aksi-akse demikian tidak bias dikatakan secara dini, bahwa mereka bergerak diperintah oleh agamnya, tetapi lebih sebagai self radicalization. Menurut Kepala Center of Excellence for National Security, Bilver Singh, self radicalization sebagai pemicu terorisme baru. (Republika, 28/09/11)
Mereka adalah pelaku teror terhadap masyarakat. Mereka berlatar belakang berbeda-beda dan dari Negara yang berbeda-beda pula. Tetapi mereka bergerak untuk membuat kekacauan di dalam masyarakat, demi hanya melampiaskan keinginan pribadi.
Teror yang terus berkembang adalah rintisan Barat yang kurang menghargai perbedaan pendapat. Mereka berpikir sekehendaknya, seakan mereka adalah negara-negara yang paling baik dan humanis. Sehingga siapapun yang berbeda pendapat dengan mereka sering mereka cap orang radikal.
Jadi radikalisme itu muncul dari persepsi Barat dan terus dibangun dan dikembangkan oleh mereka, dimana orang-orang yang berbeda pendapat dengan barat, bisa dikategorikan orang-orang radikal.
Barat sungguh tidak adil. Betapa tidak, kejahatan perang yang dilakukan terhadap Iraq beberapa tahun lalu, aksi-aksi biadab yang dilakukan oleh Israel terhadap Palestina, bahkan pencaplokan Palestina oleh Israel, tidak ada yang menyebutnya sebuah radikalisme dan terorisme. Sungguh naïf..
Terima kasih.