Untuk mengoptimalkan potensi bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan, diperlukan dukungan secara komprehensif dari pemerintah maupun masyarakat. Pemerintah perlu menyediakan infrastruktur yang memadai, mengembangkan kebijakan yang mendukung pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut, dan melakukan sosialisasi serta edukasi mengenai praktik-praktik pengelolaan bioenergi yang berkelanjutan. Selain itu, masyarakat juga dapat berperan aktif dalam pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut, seperti dengan membuka peluang usaha dan memperkuat tata kelola lingkungan.
Di masa depan, pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan dapat menjadi alternatif yang menarik untuk mengurangi ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, mengurangi emisi gas rumah kaca, serta memperkuat perekonomian dan kesejahteraan masyarakat di sekitar hutan dan lahan gambut. Oleh karena itu, pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan perlu didorong dan dikelola dengan baik agar dapat memberikan manfaat yang optimal bagi masyarakat dan lingkungan.
Selain itu Pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan masih menghadapi banyak tantangan di berbagai aspek, termasuk teknis, ekonomis, sosial, dan lingkungan. Tantangan teknis yang dihadapi adalah kurangnya teknologi yang canggih, efisien, dan ramah lingkungan dalam mengkonversi biomassa menjadi bioenergi yang berkualitas dan berkuantitas tinggi. Untuk mengatasi tantangan ini, teknologi produksi, konversi, distribusi, dan pemanfaatan bioenergi harus menjadi fokus penelitian, pengembangan, dan inovasi yang berkelanjutan. Beberapa jenis teknologi yang perlu dikembangkan antara lain teknologi fermentasi untuk menghasilkan biogas dari serasah dan gambut, teknologi hidrolisis untuk menghasilkan bioetanol dari kayu, teknologi transesterifikasi untuk menghasilkan biodiesel dari tanaman biofuel, dan teknologi pirolisis untuk menghasilkan biooil dari biomassa padat. Kurangnya infrastruktur seperti jaringan listrik, pipa gas, dan transportasi juga menjadi tantangan teknis lainnya yang perlu diatasi agar bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan dapat didistribusikan dan dimanfaatkan dengan efisien.
Tantangan ekonomis yang dihadapi dalam pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan adalah besarnya biaya yang dibutuhkan untuk investasi, operasional, dan pemeliharaan teknologi pengembangan bioenergi. Biaya pengembangan bioenergi dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti harga bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya peralatan, biaya transportasi, biaya pemeliharaan, dan biaya lingkungan. Biaya pengembangan bioenergi juga bervariasi tergantung dari jenis biomassa, bentuk bioenergi, dan skala pengembangan yang digunakan. Untuk mengatasi tantangan ekonomis ini, diperlukan upaya untuk menurunkan biaya produksi, meningkatkan teknologi pengembangan bioenergi, serta mendorong permintaan pasar dan realokasi anggaran subsidi oleh pemerintah. Selain itu, penting untuk meningkatkan harga jual dan keuntungan dari pengembangan bioenergi dengan mengatur regulasi, perpajakan dan subsidi.
Tantangan sosial dalam pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan adalah rendahnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal yang memiliki hak dan tanggung jawab terhadap pengelolaan hutan dan lahan gambut. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal akan meningkatkan keterlibatan, kesadaran, dan keterampilan masyarakat dalam pengembangan bioenergi, serta meningkatkan pendapatan, kesejahteraan, dan kemandirian masyarakat. Partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal dapat dilakukan melalui berbagai cara, seperti penyuluhan, pelatihan, bantuan modal, kemitraan, atau koperasi. Namun, masih banyak hambatan yang dihadapi dalam upaya meningkatkan partisipasi dan pemberdayaan masyarakat lokal, seperti kurangnya informasi, akses, dan dukungan dari pemerintah, perusahaan, dan lembaga lain, serta adanya konflik kepentingan, aspirasi, dan budaya antara masyarakat lokal dengan pemangku kepentingan lain.
Tantangan lingkungan dalam pengembangan bioenergi dari hutan dan lahan gambut di Kalimantan adalah dampak negatif yang mungkin timbul akibat pengembangan bioenergi terhadap ekosistem dan iklim jika tidak dilakukan dengan cara yang tepat. Dampak negatif tersebut antara lain kerusakan, degradasi, dan kebakaran hutan dan lahan gambut, yang dapat menyebabkan hilangnya keanekaragaman hayati, perubahan keseimbangan hidrologis, dan pelepasan gas rumah kaca. Oleh karena itu, penting untuk menerapkan prinsip-prinsip pengembangan bioenergi yang berkelanjutan, seperti mempertahankan fungsi ekologis hutan dan lahan gambut, mengoptimalkan pemanfaatan biomassa, mengurangi emisi gas rumah kaca, dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dengan begitu, dampak negatif pengembangan bioenergi dapat dicegah atau minimalisir dan manfaat dari pengembangan bioenergi dapat lebih optimal.
Maka dari itu, adapun strategi atau langkah untuk mengatasi tantangan di atas yaitu dengan Pengembangan bioenergi di Kalimantan dari hutan dan lahan gambut merupakan sebuah tantangan yang kompleks dan memerlukan upaya sinergis dari berbagai pihak. Salah satu strategi yang dapat diambil adalah dengan mengadopsi kearifan lokal dalam pengelolaan gambut. Hal ini mencakup pemanfaatan tanaman lokal yang sesuai dengan kondisi gambut, menghindari pembakaran lahan, dan menjaga keseimbangan hidrologis. Dalam hal ini, peran masyarakat sebagai pengelola gambut menjadi penting. Kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan swasta dapat membantu memperkuat keberlanjutan pengelolaan gambut dan menyediakan sumber daya bioenergi yang berkelanjutan.
Â
Selain itu, tata ruang dalam pemanfaatan lahan gambut perlu diatur secara terintegrasi untuk memenuhi kebutuhan multisektoral. Hal ini mencakup pertanian, perikanan, perkebunan, dan kehutanan. Pemanfaatan lahan gambut dalam sektor-sektor tersebut perlu dipertimbangkan dengan potensi dan keterbatasan dari masing-masing sektor dan dampak lingkungan yang ditimbulkan. Dengan demikian, penggunaan lahan gambut bisa memberikan dampak positif bagi lingkungan sekaligus memproduksi sumber daya bioenergi yang berkelanjutan.
Perburuan satwa dan konflik satwa yang terjadi di tanah gambut juga menjadi permasalahan. Meningkatkan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam pelestarian keanekaragaman hayati serta memberikan insentif dan alternatif penghidupan bagi masyarakat yang bergantung pada sumber daya alam dapat membantu mengurangi masalah ini. Masyarakat dapat dipacu untuk merubah perilaku mereka dan bergabung dalam upaya melestarikan biomassa yang tersedia untuk diolah menjadi bioenergi.
Dalam pengembangan bioenergi, juga perlu meningkatkan kapasitas dan kerjasama antara pemerintah, peneliti, swasta, dan masyarakat untuk mengembangkan teknologi bioenergi yang canggih, efisien, dan ramah lingkungan. Kerjasama yang kuat dan berkelanjutan dalam pengelolaan dan pemantauan lahan gambut juga perlu dipertimbangkan. Dengan demikian, pengembangan bioenergi akan lebih terfokus pada pengembangan teknologi yang aman dan efektif.