Kalau kita diberi pilihan antara mempelajari rumus cepat atau mempelajari konsep materi yang lebih mendalam, mana yang lebih mudah dimengerti?
Yah rumus cepat dong karena lebih cepat dipahami dan digunakan. Kita tidak usah belajar ini dan itu yang penting cepat paham. Meski terkadang rumus cepat tersebut hanya mencocok-cocokkan sesuatu yang bahkan tidak berkaitan sama sekali, namun kebetulan saja memang benar.
Secara sederhana, asumsi saya tentang cara kerja membuat teori konspirasi adalah seperti itu, "Ya karena teori tersebut lebih mudah dimengerti, dan hebatnya lagi, teori tersebut juga sangat masuk akal.".
Karena masuk akal, maka hal itu mestinya benar. Karena tidak masuk akal, maka hal itu tentunya salah. Padahal sesuatu yang masuk akal belum tentu benar, dan sesuatu yang tidak masuk akal belum tentu salah.
Bagaimanapun juga, teori konspirasi hanyalah sebatas teori. Bisa jadi mereka benar, dan bisa jadi mereka salah.
Yang salah adalah meyakini kebenarannya tanpa menganalisa lebih jauh tentang data-data yang mendukung teori konspirasi tersebut — dan langsung manggut-manggut saja diberi data ini dan itu. Ah, tidak hanya untuk pemuja teori konspirasi saja, sih. Kalau kita langsung percaya dan gak skeptis dengan berita yang berseliweran di dunia maya, maka kita masih sebelas dua belas dengan mereka, alias gak ada bedanya.
Maka dari itu, yuk pelajari sains. Sains mengajarkan kita untuk bersikap skeptis. Dengan sikap skeptis kita jadi banyak bertanya. Dengan banyak bertanya kita menemukan banyak jawaban. Dengan menemukan banyak jawaban kita menggenggam ilmu pengetahuan di dunia.
Salam, dari Penganut Garis Keras Bahwa Cinta itu adalah hal yang berbahaya bagi mereka yang belum siap menerimanya.