Maka kesimpulannya putus asa boleh apa enggak?
Beberapa orang imigran dari daerah sebelah, mendiami sebuah tempat di tepi sungai yang mustahil untuk ditempattinggali. Maka seorang dermawan, memberi mereka sebuah tempat tinggal yang layak huni, dan Insyaallah cukup dan mapan untuk ditinggali 5 sampai 6 orang itu. Dan orang dermawan itu, memberikan mereka pekerjaan juga, bahwa di samping rumah tersebut ada tanah yang sudah ditanami beberapa tumbuhan buah dan sayuran yang nantinya bisa dijual. "Rumah itu nanti akan ada pembayaran tiap bulannya, kalian bisa bekerja menjual buah-buahan dan sayuran ke pasar, tapi ya gitu, kadang suka subur kadang juga suka cepat rusak. Dan satu lagi, yang menagih pembayaran itu cukup galak, jangan sampai telat."
Maka yang menjadi prioritas itu bukan tujuan, namun proses selama menuju tujuan itu. Tujuan sudah ditentukan, dan proses kita sendiri yang menentukan. Maka kita tetap pada sebuah garis lurus menuju rouhillah dan mengharapkannya. Dan membiarkan tujuan tanpa meninggalkan atau melupakan proses perjuangan. Â
Jadikan tai'asu menjadi lebih berarti dengan selalu belajar dan sadar akan putus asa. Seperti sebuah sajak temanku.
Sajak taiasu
Kepada seluruh pemirsa
Kuhadirkan taiku
Parfumku
Ketiakku
Dari sana
Kubisa tau
Mana yang tai
Mana yang asu
Taiasu
"Jangan," hibur Tuhan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H