Mohon tunggu...
M Nur Faizin
M Nur Faizin Mohon Tunggu... Mahasiswa - Tidak ada

Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Diary

Pentingnya Putus Asa dan Laa Tai'asu

9 Mei 2022   18:16 Diperbarui: 9 Mei 2022   18:20 447
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Diary. Sumber ilustrasi: PEXELS/Markus Winkler

Sebagai manusia yang diciptakan dan diberikan mandat oleh Tuhan untuk menjalankan kehidupan ini, tentu aku tidak pernah tidak bisa mengelak dari hal-hal yang tidak diinginkan. Salah satunya adalah kegagalan, yang menciptakan sebuah embrio pemikiran buruk yang siap melahirkan keputusasaan. Pada prosesnya itu, kegagalan kerap kali dijadikan sebagai salah satu dari dua cabang hasil dari sebuah upaya. Jika tidak berhasil ya gagal.

Putus asa merupakan sebuah idiom yang memiliki makna hilang atau habis harapan, atau lebih mudahnya tidak ada harapan lagi atau berhenti berharap (menyerah). Berhenti dalam hal ini bisa diakibatkan karena sebuah hasil yang tak hasil dari panjang dan pendeknya proses yang telah dilalui. Itulah yang biasa banyak orang atau bahkan kita menyebutnya sebagai sebuah kegagalan. Kegagalan pada satu proses tertentu biasanya membuat pikiran kita memberikan kesimpulan yang juga dilegitimasi oleh diri kita sendiri bahwa kegagalan itu stagnan. Dan ke'stagnan'an itulah yang menimbulkan adanya sebuah putus asa.

"Tapi, aku percaya pada takdir, artinya keberhasilan dan kegagalan itu sudah ditakdirkan.  Dan Tuhan juga menciptakan perasaan, ya, sudah semestinya kita kecewa, bisa juga putus asa itu," protes sahabatku.

Maka, aku juga cukup bingung dan hampir saja mengiyakan apa yang dikatakan sahabatku itu. "Iya juga, ya. Tuhan menciptakan perasaan, Tuhan juga yang menakdirkan keberhasilan dan kegagalan. Maka tidak dapat menutup kemungkinan juga, bahwa keduanya akan berdialektika."

Aku sedikit melipir dan menepi dari segala apa pun yang aku katakan mengenai putus asa, deklarasi untuk tidak putus asa, wejangan untuk pantang menyerah, motivasi semangat hidup, dan seterusnya. Berpikir, menatap awas segala hal yang ada di depanku, termasuk daun yang tiba-tiba gugur dan memisahkan diri dari teman dan potongan. Aku juga percaya pada takdir, maka bisa juga, putus asa yang Tuhan ciptakan itu penting sekali untuk mengobarkan api semangat di dalam diri kita.

Pentingkah putus asa itu? Sungguh pertanyaan itu sebenarnya masih belum menemukan jawaban yang pasti, karena dengan jawabanku nanti mungkin akan ada anak pertanyaan lain yang muncul di kepala Anda. Dan, bahkan aku saja masih berputar-putar di sekitar pertanyaan itu saja, jika dibahas lagi.

Percayalah, bahwa hidup adalah rangkaian proses yang di dalamnya akan ada kegagalan, keputusasaan, keraguan, ketidakpercayaan, kebingungan, dan hal tidak menyenangkan lainnya. Maka bisa jadi, Tuhan memang dengan sengaja menciptakan itu semua, salah satunya adalah 'keputusasaan' itu.

Tuhan melihat kita yang sedang berusaha dengan sekuat tenaga ; mandi keringat, banting tulang, kepala jadi kaki dan sebaliknya, dan tersenyum, maka pada sebuah hasil, Tuhan tidak memberikan apa yang menjadi tujuan awal kita. Lantas Tuhan semakin tersenyum lebar melihat kita gagal dan diselimuti dengan keputusasaan. Tuhan membiarkan kita jatuh, tercebur, dan terjerembab pada sebuah keputusasaan.  

Maka ini menjadi momentum bagi kita untuk terus sadar dan menyadari bahwa kita berada sebenarnya bukan apa-apa dan siapa-siapa. Dengan ini dapat dikerucutkan menjadi, Lahaula walaa quwwata illaa billaah.

Sebagai manusia yang menjalankan tugas sebagai manusia, menjadi sadar juga jika manusia tidak memiliki daya dan upaya apa pun kecuali dengan pertolongan Tuhan. Segala kecongkakan dan kesombongan melebur dan hancur terseret arus keputusasaan yang dahsyat.

"Itu kan pendapat kamu, toh Tuhan juga bilang di Alquran," protes sahabatku sekali lagi.

Iya. Kata Tuhan, walaa tai'asu min rouhillah.

Dan memang di Alquran, Allah mendeklarasikan dengan jelas, tepatnya di Surah Yusuf ayat 87, Nabi Yaqub memerintahkan kepada anak-anaknya untuk mencari Yusuf di Mesir, dan menyuruh mereka untuk tidak berputus asa dari rouhillah; rahmat, berkah, janji, hidayah, jalan Tuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun