Mohon tunggu...
M. Nur Faiq Zainul Muttaqin
M. Nur Faiq Zainul Muttaqin Mohon Tunggu... Wiraswasta - Peneliti Muda Lembaga Studi Agama dan Nasionalisme (LeSAN)

Saya yang beridentitas sebagai berikut: Nama : Muhammad Nur Faiq Zainul Muttaqin E-mail :muhammadfaiq737@gmail.com Status : Sarjana S1 Jurusan Muqorona al-Madhahib (MM), Fakultas Syariah dan Hukum, UIN Walisongo dan Mahasiswa Magister Hukum UNPAM. Pendidikan Non Formal: PonPes Mansajul Ulum Cebolek, Margoyoso, Pati dan Monash Institute Semarang. Jabatan organisasi: Kader/Aktivis Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Semarang 1. Sekertaris Bidang Perguruan Tinggi, Kemahasiswaan, dan Kepemudaan (PTKP) HMI Cab. Semarang (2018-2019) 2. Sekum Badan Pengelola Latihan (BPL) HMI Cabang Semarang (2017-2018) 3. Kabid Komunikasi dan Advokasi Masyarakat HMI Komisariat Syariah (2016-2018) Kegiatan di Masyarakat 1. Direktur Eksekutif rumah perkaderan Darul Ma’mur (DM) Center 2. Peneliti Senior di LembagaStudi Agama danNasionalisme (LeSAN) 3. Mentor program Sahabat MudaNurul Hayat (NH) 4. Guru TPQ al-Syuhada Bukit Silayur Permai (BSP)

Selanjutnya

Tutup

Politik

Aktivis Berdompet Tipis, Idealis Terkikis

27 Desember 2021   20:03 Diperbarui: 27 Desember 2021   20:07 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Tidak dapat dipungkiri, bahwasanya dunia aktivis memberikan sumbangsih besar lahirnya tokoh-tokoh nasional dan negarawan negara ini. Para aktivis yang lahir dari berbagai macam organisasi, terkhusus organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan mempunyai nilai plus soft skill tersendiri untuk mengelola dan menggerakkan roda instansi ataupun lembaga. 

Dalam ranah partai politik (parpol),dari dahulu sampai sekarang sebagian besar anggotanya adalah orang-orang yang mempunyai masa lalu sebagai seorang aktivis.

Dahulu politikus besar yang duduk di puncak piramida adalah mereka, yaitu para mantan aktivis, sebagai contoh; Soekarno, HOS Tjokroaminoto, M. Hatta, M. Amir Syarifuddin, Sutan Syahrir. 

Kesimpulannya, para aktivis yang berproses dan berjuang sungguh-sungguh di masa muda, rata-rata mempunyai masa depan yang baik dan mudah diterima dalam panggung politik. Nilai lebih yang lahir dari dunia aktivis dibanding dengan yang lain dalam berpolitik, mereka mampu beradaptasi di manapun. 

Akan tetapi, tetap selalu menjunjung tinggi idealisme. Idealisme yang mereka miliki didapat dari penanaman dan penempaan ketika mereka dahulu masih berproses dalam organisasi.

Akan tetapi, dunia selalu berubah. Begitupun sosial masyarakatnya. Pasca tahun 90 an, yang sebelumnya negara didominasi dengan latar belakang aktivis dan dilanjut militer, akhirnya mengalami perubahan.

Sekarang bangsa ini terseret oleh dunia yang menjunjung tinggi nilai material. Mau tidak mau, negara ini harus menjadi negara matrealis. Sedangkan yang berkuasa dalam sebuah negara materialis adalah mereka, yaitu orang-orang berkuasa dalam segi kapital. Bahasa sederhananya, yang berkuasa adalah orang-orang yang mempunyai 'banyak uang'.

Akibatnya yang terjadi sekarang ini, para aktivis yang dulunya dapat menduduki puncak piramida atau dalam ranah elite politik harus tersingkir atau dinomorduakan. Sekarang, kita lihat siapa saja orang-orang yang menduduki jabatan sebagai ketua umum (ketum) dalam partai-partai besar? Mereka adalah para pengusaha besar. 

Sebagai contoh; Gerindra diketuai oleh Prabowo Subianto, Nasdem oleh Surya paloh (pengusaha pers dan Media Group pimpinan Harian Media Indonesia, Lampung Post, Stasiun Metro TV), Perindo oleh Hary Tanoesoedibjo (MNC Group), PDIP oleh Megawati istri dari pengusaha besar Taufik Kemas, PAN oleh Zulkifli Hasan, dan Berkarya oleh Tommy Soeharto.

Sebenarnya tidak ada yang salah dengan fenomena elite politik adalah orang-orang yang kuat dalam segi finansial. Justru ini sudah idealnya, apalagi ukuran sebagai ketua umum. 

Karena memimpin umat harus mempunyai kekuatan finansial yang cukup. Karena tidak dapat dipungkiri, sebuah partai terutama di era sekarang membutuhkan dana mobilitas yang tinggi untuk membesarkan partai. 

Sehingga realita yang terjadi, partai yang tidak disokong oleh orang yang kuat secara finansial menjadi partai gurem. Akhirnya partai gurem ini pun dipaksakan untuk memilih dua pilihan yaitu; tetap menjadi partai kecil atau bergabung dengan koalisi-koalisi agar partai menjadi kuat.

Ini menjadi tamparan keras bagi mereka para aktivis. Berimbas pada menurunya atau sepinya minat berorganisasi, baik dalam kepemudaan dan kemahasiswaan. 

Dunia keorganisasian terutama yang bersifat organisasi pergerakan yang menanamkan nilai idealisme masa depan mengalami degradasi. Dimulai dari penurunan kuantitas kader, dengan alasan dunia aktivis tidak lagi dianggap terlalu strategis dan sexy. Khawatirnya, masa depan generasi tokoh dan negarawan sudah tidak lagi diisi oleh orang-orang yang menjunjung idealisme.

Seumpama organisasi kepemudaan dan kemahasiswaan tetap berjalan sebagaimana fungsinya, tetapi tidak disangga oleh finansial anggotanya sendiri. Tidak dapat dipungkiri, banyak organisasi kepemudaan dan kemahiswaan yang terancam idealismenya. 

Terutama bagi para aktivis sebagai motor penggerak yang berada dalam bayang-bayang para penguasa yang selalu menggoda dengan iming-iming materi dan masa depan agar mereka berada dalam cengkraman kekuasaannya. Hal ini menjadi cobaan cukup berat yang harus dihadapi, karena organisasi juga membutuhkan banyak dana untuk mobilitas pergerakan. 

Jikalau para pemimpin organisasi ini tidak bersabar dan dapat menahan diri, maka organisasi dapat tergadaikan. Jikalau organisasi tergadaikan, maka yang terjadi organisasi berjalan tidak dengan idealismenya tetapi berjalan atas kepentingan belaka. Atau bahasa sederhananya disetir penguasa yang punya kepentingan.

Begitupun juga masa depan para aktivis yang sudah memasuki partai politik. Jika mereka hanya bermodalkan kecakapan kepemimpinan dan idealisme, tetapi tidak mempunyai persiapan finansial yang cukup. Maka mereka akan terancam oleh para elite dengan kekuatan kapitalis yang sudah terlanjur kuat dan posisi mereka yang berada di pucuk kekuasaan. Mereka akan kesulitan memberikan perubahan dalam hal apapun.

Politik yang hanya menjunjung tinggi nilai materialisme, kemudian negara dipimpin oleh para kapitalis yang tidak punya visi dan idealisme, dipastikan akan berdampak buruk bagi sebuah negara. Hal ini jelas yang merubah paradigma masyarakat pasca reformasi sampai sekarang. Bahwasanya, politik adalah serba uang. 

Dampaknya langsung bisa kita rasakan. Bahwa masyarakat tertarik pada politik, terutama dalam pemilihan pemimpin, bukan karena mencari pemimpin idealis yang akan memberikan perubahan. 

Akan tetapi karena ingin mendapat cipratan uang. Kalau ini terlanjur membudaya, dapat dipastikan kesejahteraan akan terancam. Kalau cara mendapatkan kekuasaan saja sudah salah, pasti ketika terpilih dan mendapat amanah memimpin juga akan salah kaprah.

Finansial dan politik memang tidak dapat dipisahkan. Tapi, prakteknya tidak boleh menyimpang. Sedangkan great pemimpin adalah orang yang kuat secara finansial, itu sudah seharusnya. 

Maka dari itu, aktivis dalam wadah organisasi kepemudaaan dan kemahasiswaan harus menaikkan kualitas. Setidaknya ada tiga aspek yang harus diperjuangkan, agar lahir negarawan berkualitas yang terlahir dari dunia aktivis, yaitu; kualitas keilmuan yang tinggi (Ilmu al-Ulama'), kemudian ditopang dengan finansial yang cukup (Amwalu al-Aghniya'), sehingga aktivis juga harus pandai dalam mendapatkan uang, lebih idealis jika ditempuh dari jalan bisnis yang baik. Jika dua hal itu sudah selesai, maka sudah dianggap ideal dilanjut dengan berpolitik yang baik dan benar (Siyatu al-Muluk wa al-Mala').

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun