Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Rumpun Melayu dalam New World Order

14 Juni 2022   09:43 Diperbarui: 14 Juni 2022   10:30 635
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: i.ytimg.com

Kekuasaan lama yang redup akan bersamaan dengan munculnya kekuatan baru di belahan dunia lain. Sistem ini berjalan otomatis seperti rotasi bumi, dan kita harus tahu di fase mana kita sedang berada. Kita harus siap, atau akan mengalami kejut budaya dalam tidak lama lagi.

Ketika Alexander membangun imperiumnya, tatanan dunia baru kala itu berbau Yunani. Dilanjut dengan periode Helenistik, ketika separuh dunia menggunakan budaya, bahasa, dan pola pikir orang Yunani. Demikian pula pada periode Romawi, Khilafah Ottoman, hingga sampai di ambang periode modern dengan kemunculan Kerajaan Spanyol di abad 16.

Spanyol telah merampas emas dan perak dunia, dan pada 1521 mereka telah menjangkau Maluku. Periode selanjutnya pada 1851 Belanda sebagai bekas jajahan Spanyol bangkit dan mengambil alih semuanya sebagai penguasa tatanan dunia baru kala itu, dengan VOC sebagai perusahaan publik dan multinasional terbesar di dunia.  Maka bahasa dan budaya Belanda serta mata uang Gulden ikut menjadi penguasa dunia.

Pada 1800-an giliran Belanda yang merosot, karena dibantai oleh Britania. Inggris adalah kekuatan dominan selanjutnya. Di sini dapat terlihat bahwa peran bahasa Inggris sebagai Lingua Franca di bagian Asia telah didahului selama 300 tahun oleh bahasa Melayu.

Di gerbang 1900-an, Inggris makin menjadi-jadi dengan tampil sebagai pemenang Perang Dunia I. Bahasa Inggris pun mulai tampil di panggung dunia, dan tentu saja diikuti dengan Pound Sterling sebagai mata uang nomor satu berikutnya.

Inggris mulai bangkrut menjelang Perang Dunia II ketika Jerman dan Amerika Serikat segera melompat ke panggung dunia. Dan Amerika lah yang menjadi pemegang tampuk New Word Order terakhir yang dapat kita lihat hingga hari ini, dimulai dengan munculnya Dolar sebagai kekuatan uang baru, disusul militer dan perdagangan, industri hiburan, dan tentu saja bahasa Inggris Amerika.

Dalam 100 tahun sebuah siklus tatanan dunia, kini Amerika sedang menghadapi senjakala. Dan di saat bersamaan China muncul sebagai pemain baru. Secara tak terhindarkan, menjelang berakhirnya satu abad masa keemasan Amerika, dunia harus bersiap menghadapi sebuah tatanan yang serba China.

Sebuah kekuatan besar yang kita sembunyikan ada pada bahasa yang menghimpun Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunai, Mindanao Filipina dan Thailand Selatan: Bahasa Melayu. Apa yang kemudian dapat kita lakukan dengan (hanya) ini?. ~

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun