Hasilnya tikus-tikus yang sangat lasak dan rakus itu tetiba kehabisan semangat hidup, kehilangan selera makan juga seks. Bahkan sekadar minum untuk bertahan hidup. Hal sebaliknya terjadi seketika otak mereka kembali dibanjiri dopamin.
Bagi manusia dopamin memainkan peran paling penting dalam banyak proses neurologi, termasuk motivasi, belajar dan memori, hukuman dan kebencian, serta tindakan-tindakan yang disengaja.
Dopamin akan membanjiri otak kita secara otomatis oleh trigger tertentu. Benak seorang penjudi terlebih dahulu mengalami lonjakan dopamin tepat sebelum memasang taruhan, bukan setelah mereka menang. Seorang yang ketagihan kokain akan kebanjiran dopamin saat melihat bubuk itu, bukan setelah memakainya.
Maka metode reduksionisme bisa saja memintas rekayasa sosiologi dan psikologi untuk mengantisapasi prilaku minor pada individu hanya dengan memblokir pintu masuk dopamin ke dalam sistem syaraf manusia.
Bagaimana dengan gairah-gairah (raving) dalam berbuat nista dan hasrat (desire) untuk mengulang-ulang tabiat jahat yang gagal melewati nasihat keimanan dan khotbah moral? Mengapa tidak disumbat saja selang dopaminnya? ~MNT
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H