Mohon tunggu...
Muhammad Natsir Tahar
Muhammad Natsir Tahar Mohon Tunggu... Penulis - Writerpreneur Indonesia

Muhammad Natsir Tahar| Writerpreneur| pembaca filsafat dan futurisme| Batam, Indonesia| Postgraduate Diploma in Business Management at Kingston International College, Singapore| International Certificates Achievements: English for Academic Study, Coventry University (UK)| Digital Skills: Artificial Intelligence, Accenture (UK)| Arts and Technology Teach-Out, University of Michigan (USA)| Leading Culturally Diverse Teams in The Workplace, Deakin University and Deakin Business Course (Australia)| Introduction to Business Management, King's College London (UK)| Motivation and Engagement in an Uncertain World, Coventry University (UK)| Stakeholder and Engagement Strategy, Philantrhopy University and Sustainably Knowledge Group (USA)| Pathway to Property: Starting Your Career in Real Estate, University of Reading and Henley Business School (UK)| Communication and Interpersonal Skills at Work, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Leading Strategic Innovation, Deakin University (Australia) and Coventry University (UK)| Entrepreneurship: From Business Idea to Action, King's College London (UK)| Study UK: Prepare to Study and Live in the UK, British Council (UK)| Leading Change Through Policymaking, British Council (UK)| Big Data Analytics, Griffith University (Australia)| What Make an Effective Presentation?, Coventry University (UK)| The Psychology of Personality, Monash University (Australia)| Create a Professional Online Presence, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Collaborative Working in a Remote Team, University of Leeds and Institute of Coding (UK)| Create a Social Media Marketing Campaign University of Leeds (UK)| Presenting Your Work with Impact, University of Leeds (UK)| Digital Skills: Embracing Digital, Technology King's College London (UK), etc.

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Neuroteologi, Ada Tuhan dalam Sistem Syaraf Manusia

18 Januari 2022   09:30 Diperbarui: 25 Februari 2022   16:56 671
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: world-religions.info

Amerika pernah merilis statistik, semakin tinggi jenjang pendidikan orang Amerika, mereka mengaku semakin jauh dari Tuhan. Lulusan SMA paling kuat agamanya, sementara hampir semua lulusan doktoral mengaku ateis.

Stephen Hawking menuduh agama tidak ada dan filsafat sudah mati. Sains terjebak pada kesombongan epistemik. Hume sudah memperingatkan bahwa logika induktif sebagai jalan sains tidak mutlak mewakili kebenaran. Bila Hawking gagal menemukan Tuhan hingga ke Lubang Hitam, bukan berarti Tuhan tidak ada.

Dalam Critique of Pure Reason (1781), Immanuel Kant memberikan tantangan lain: tidak mungkin manusia membedakan antara realitas (nomena) dan persepsi mereka tentang realitas (fenomena).

Stephen Hawking menuduh agama tidak ada dan filsafat sudah mati. Sains terjebak pada kesombongan epistemik. Hume sudah memperingatkan bahwa logika induktif sebagai jalan sains tidak mutlak mewakili kebenaran. Bila Hawking gagal menemukan Tuhan hingga ke Lubang Hitam, bukan berarti Tuhan tidak ada.

Sampai pada akhirnya sains menjumpai sendiri hubungan yang sulit dipisahkan antara otak dan spiritualitas. Temuan ini disebut neuroteologi.

Dalam definisi yang paling sederhana, seperti ditulis Andrew Newberg, neuroteologi mengacu pada bidang keilmuan yang berusaha memahami hubungan antara otak dengan diri religius dan spiritual manusia .

Sisi "neuro" mencakup pencitraan otak, psikologi, neurologi, kedokteran, dan bahkan antropologi. Dan sisi "teologi" mencakup teologi itu sendiri, tetapi juga berbagai aspek yang berkaitan dengan keyakinan, sikap, praktik, dan pengalaman keagamaan.

Neuroteologi juga berkisar dari mempertimbangkan konsep yang sangat esoteris termasuk pertanyaan seputar kehendak bebas, kesadaran, dan jiwa, hingga konsep yang sangat praktis.

Seperti memahami bagaimana otak berfungsi dan hubungan antara spiritualitas dengan kesehatan fisik dan mental. Topik terakhir ini mungkin disebut "neuroteologi terapan."

Bahkan bagi mereka yang tidak beragama dan sekuler, melakukan praktik seperti meditasi dan doa diklaim dapat bermanfaat untuk mengurangi stres dan kecemasan. Andai George Eastman dan Alan Turing dapat berjumpa dengan neuroteologi lebih cepat. ~MNT

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun